Jumat 14 Feb 2025 08:12 WIB

Pengukuhan Guru Besar di FMIPA UI, Prof Yunus Daud Ungkap Pentingnya Energi Geothermal

Prof. Yunus Daud mengatakan, pilihan energi geothermal tepat.

Prof. Dr. Eng. Yunus Daud, Dipl.Geotherm.Tech., M.Sc.
Foto: Dok. web
Prof. Dr. Eng. Yunus Daud, Dipl.Geotherm.Tech., M.Sc.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk memastikan Indonesia kecukupan energi dan ketahanan energi. Pemerintah juga mendorong untuk mencapai swasembada energi hijau atau energi terbarukan, khususnya energi geothermal dan mencapai net zero emission sebelum tahun 2060.

Demikian diungkap Prof. Dr. Eng. Yunus Daud, Dipl.Geotherm.Tech., M.Sc. dalam orasi ilmiah yang berjudul Peran Strategis Riset dan Inovasi Teknologi Advanced Reservoir Imaging dalam Meningkatkan Keberhasilan Pemboran Sumur Geotermal, Menurunkan Biaya Energi, dan Mendukung Swasembada Energi Hijau di Indonesia. Paparan orasi ilmiah ini menjadi bagian dari rangkaian seremoni acara Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Geothermal, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, yang berlangsung pada Rabu (12/2/2025), di Balai Sidang UI, Depok.

Potensi Geothermal Indonesia mencapi 23,6 GW yang terdiri dari 9,2 GWe Resources dan Cadangan 14,4 GW. Cadangan terbukti 3,34 GW adalah sumber utama base load kelistrikan Indonesia pada Transisi Ketenagalistrikan Indonesia. Geothermal ditargetkan 6,5 GW sampai tahun 2040.

Prof. Yunus Daud mengatakan, pilihan energi geothermal sangat tepat karena selain energi ini bersih (low emission), terbarukan (renewable), dan berkelanjutan (sustainable), geotermal juga tidak bergantung pada iklim/cuaca, dapat beroperasi 24 jam/ 7 hari, dan memiliki capacity factor sampai 90%, sehingga dapat diandalkan untuk menggantikan peran bahan bakar fosil sebagai baseload power. Energi geothermal juga dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama (long lasting), sebagaimana PLTP pertama di Kamojang yang sudah beroperasi lebih dari 40 tahun, namun tetap prima. Oleh karena itu, patut disyukuri dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan energi geotermal menjadi energi listrik dan pemanfaatan panas langsung (direct uses) serta terus mengembangkan riset dan inovasi teknologi eksplorasi dan teknologi pemanfaatan.

Di akhir tahun 2023, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara pemasok energi listrik geothermal terbesar dunia (2.418 Mwe) setelah Amerika Serikat (2.674 Mwe). Pertumbuhan PLTP mengalami peningkatan signifikan dalam 15 tahun terakhir. Akhir 2024, kapasitas terpasang energi geothermal di Indonesia mencapai 2.653 Mwe). Jika iklim positif pengembangan energi geothermal bisa diupayakan, tidak lama lagi Indonesia bisa menjadi produsen energi geothermal terbesar dunia.

Namun demikian, tambah Yunus Daud, pengembangan energi geothermal di Indonesia menghadapi banyak tantangan. Di antaranya risiko tinggi pada tahapan eksplorasi, yakni tahapan mencari dan menemukan posisi zona reservoir secara tepat yang dapat memproduksi uap atau air panas bersuhu tinggi di kedalaman ekonomis (yakni kurang dari 3 km). Risiko akan berkurang secara signifikan dan project menjadi lebih feasible jika pemboran sumur eksplorasi berhasil menembus zona uap di dalam reservoir.

Prof. Yunus Daud menambahkan bahwa Laboratorium Geothermal UI dan Geothermal Research Center (GRC) telah lebih dari 25 tahun terlibat dalam riset dan inovasi geothermal, khususnya dalam bidang subsurface imaging. Dalam 10 tahun terakhir riset dan inovasi difokuskan pada pengembangan “Advanced Reservoir Imaging” dengan memanfaatkan teknologi remote sensing, Magnetotelluric dan Ambient Noise Tomography (ANT), geosains dan computer science.

Sebagai perbandingan, Advanced Reservoir Imaging Technology yang diterapkan di dunia kebumian serupa dengan Medical Body Imaging Technology di dunia kedokteran. Lebih jelasnya, melalui teknologi satelit (remote sensing), kita dapat memetakan adanya indikasi sistem geothermal di permukaan bumi seperti fumarole (semburan uap), dan hot spring.

Namun demikian, tambah Yunus Daud, dengan remote sensing kita belum dapat mengetahui sistem geothermal di bawah-permukaan. Maka tahap awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pengambilan data baik melalui ground survey maupun airborne survey. “Kemudian dilakukan pemrosesan dan pemodelan data, dengan menggunakan software yang kami kembangkan sendiri dan sudah mendapatkan paten/HAKI. Hasil pemodelan ini menjadi dasar dalam pembuatan model reservoir geothermal secara 3-dimensi dan penentuan rekomendasi pemboran,” lanjutnya.

Advanced Reservoir Imaging Technology, kata Yunus Daud, yang iteratif dan sudah divalidasi dengan data sumur menghasilkan teknologi yang tepat dan akurat dan divisualisasikan dengan Software dBaseView-X, software database dan visualisasi 3-dimensi yang sudah mendapatkan HAKI. Ini merupakan software ke-8 (terbaru) yang dihasilkan oleh Tim Geothermal UI.

“Riset dan inovasi yang kami lakukan telah menghasilkan 8 piranti lunak (software) dan telah diaplikasikan di dunia industri. Hasil riset dan inovasi Tim UI telah banyak berkontribusi dalam memberikan solusi yang dihadapi industri, khususnya dalam menentukan target pemboran yang tepat. Blawan Ijen (Jawa Timur) menjadi tonggak sejarah keberhasilan penerapan teknologi 3-D Advanced Reservoir Imaging dalam menentukan target pemboran di lapangan geothermal yang reservoirnya tersembunyi (hidden geothermal reservoir) di kedalaman 1500 – 2000 meter. Pemboran perdana di Ijen berhasil menembus zona reservoir dengan temperatur 290°C dan fluidanya ber-pH netral. Empat sumur berikutnya berhasil membuktikan akurasi 3-D Magnetotelluric Imaging Technology. Keberhasilan teknologi ini juga telah diaplikasikan pada lebih dari 60 lapangan, baik di Indonesia maupun mancanegara (Malaysia) dan menghasikan resource discovery lebih dari 4 GWe,” kata Yunus Daud.

Selain fokus pada bidang riset dan inovasi, UI juga telah mengembangkan pendidikan geothermal baik di level sarjana maupun pascasarjana. Ke depan lebih diperluas untuk menerima mahasiswa internasional khususnya pendidikan doctoral dan post-doctoral.

Sebagai negara yang memiliki keunggulan komparatif (memiliki sumberdaya geothermal terbesar dunia) dan keunggulan kompetitif (telah mengembangkan pembangkit listrik geotermal sebesar 2.674 MWe), kata Yunus Daud, sangat layak jika Indonesia menjadi Pusat Keunggulan Geotermal Dunia (Global Geothermal Center of Excellence).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement