REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas masih menahan 79 sandera Israel di Jalur Gaza setelah pembebasan tiga tawanan pada Sabtu (1/2/2025), menurut laporan media Israel. Harian Yedioth Ahronoth melaporkan, bahwa 20 dari sandera tersebut diperkirakan akan dibebaskan dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang sedang berlangsung.
Pada Sabtu pagi, Hamas membebaskan tiga tawanan Israel, Yarden Bibas (35), Ofer Calderon (54), dan Keith Siegel (64), sebagai bagian dari kelompok ke-empat dalam tahap awal kesepakatan tersebut. Bibas dan Calderon dibebaskan di Khan Younis, Gaza selatan, sementara Siegel dibebaskan dari Kota Gaza.
“Hamas masih menahan 79 sandera, dan 20 di antaranya akan dibebaskan dalam beberapa hari mendatang sebagai bagian dari tahap pertama perjanjian,” tulis Yedioth Ahronoth.
Sementara itu, koresponden Channel 12 Israel, Almog Boker, melaporkan bahwa setelah tahap pertama ini berakhir, Hamas masih akan menahan 59 sandera, termasuk 36 orang yang diduga telah tewas. Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada 19 Januari, dengan periode awal selama 42 hari.
Perang genosida yang dilakukan Israel telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 111.000 orang sejak 7 Oktober 2023. Serangan Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang, serta kehancuran besar-besaran dan krisis kemanusiaan yang merenggut nyawa banyak lansia dan anak-anak, menjadikannya salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Pemimpin Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan otoritas pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas agresinya di wilayah tersebut.