REPUBLIKA -- China Benteng merujuk pada komunitas Tionghoa yang tinggal di kawasan Tangerang dan sekitarnya, yang dikenal dengan kehidupan yang serba kekurangan dan penuh tantangan. Sebutan "China Benteng" berasal dari lokasi pasar dan pemukiman mereka yang dekat dengan benteng pertahanan Belanda di masa kolonial.
Sejarah dan Asal-Usul
Komunitas China Benteng mulai terbentuk pada abad ke-17, ketika migrasi Tionghoa ke Nusantara semakin meningkat. Banyak dari leluhur mereka datang sebagai pekerja yang dipekerjakan oleh pemerintah kolonial Belanda, terutama di sektor perkebunan dan perdagangan.
Pada awal pendirian, mereka memiliki komunitas yang solid dengan nilai-nilai budaya Tionghoa kental, namun secara bertahap mengalami keterbatasan sosial dan ekonomi. Kebijakan diskriminatif yang diterapkan oleh pemerintah kolonial membatasi mobilitas sosial dan ekonominya. Mereka sering terkurung dalam pekerjaan berdasar etnis dan jarang mendapat kesempatan masuk ke sektor-sektor pekerjaan yang lebih menguntungkan.
Selepas kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kebijakan nasional yang ambigu terhadap etnis Tionghoa turut mempengaruhi posisi ekonomi mereka. Peraturan yang menuntut asimilasi, seperti pembatasan bisnis di sektor tertentu untuk etnis Tionghoa, menambah kesulitan sosial-ekonomi.
Isolasi Sosial dan Keberlanjutan Kemiskinan
Ketidakpercayaan dan prasangka dari masyarakat lebih luas sering kali membuat China Benteng terkucil secara sosial. Minimnya akses terhadap pendidikan formal dan dukungan pemerintah menjadikan mereka bertumpu pada pekerjaan informal dengan pendapatan yang tidak menentu.
Beberapa program pemberdayaan yang dilakukan pemerintah daerah maupun organisasi non-profit bertujuan mengentaskan kemiskinan di kalangan China Benteng. Pendidikan dan pelatihan vokasi dinsinyalir sebagai solusi jangka panjang untuk mengangkat taraf hidup komunitas ini. Dukungan kesetaraan melalui kebijakan inklusif dapat menjadi pendorong perubahan sosial demi keberlangsungan hidup yang lebih baik bagi komunitas China Benteng.
Kisah China Benteng menggambarkan kompleksitas sosial-ekonomi yang dihadapi oleh komunitas Tionghoa di Indonesia. Meski berhadapan dengan banyak tantangan, upaya sinergi dari berbagai pihak dapat memberikan perubahan positif dalam kehidupan mereka. Diperlukan kebijakan yang holistik dan berkelanjutan untuk memastikan inklusi sosial dan ekonomi komunitas ini di masa depan.
Artikel disusun Menggunakan AI