Selasa 21 Jan 2025 15:46 WIB

Akankah Terjadi Perang Nuklir yang Melibatkan Rusia Melawan Negara NATO?

Rusia tingkatkan anggaran pertahanan

 FILE - Dalam foto selebaran ini yang dirilis oleh Layanan Pers Badan Antariksa Roscosmos pada Rabu, 20 April 2022, rudal balistik antarbenua Sarmat diluncurkan dari Plesetsk di barat laut Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa dia tidak akan ragu untuk menggunakan senjata nuklir untuk menangkal upaya Ukraina untuk merebut kembali kendali atas wilayah yang didudukinya yang akan diserap Moskow.
Foto: AP/Roscosmos Space Agency Press Ser
FILE - Dalam foto selebaran ini yang dirilis oleh Layanan Pers Badan Antariksa Roscosmos pada Rabu, 20 April 2022, rudal balistik antarbenua Sarmat diluncurkan dari Plesetsk di barat laut Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa dia tidak akan ragu untuk menggunakan senjata nuklir untuk menangkal upaya Ukraina untuk merebut kembali kendali atas wilayah yang didudukinya yang akan diserap Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW— Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa perang nuklir hampir saja terjadi antara negaranya dan NATO di bawah kepemimpinan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Hal ini muncul dalam konteks sebuah postingan yang ditulis oleh Medvedev, mantan presiden Rusia, di platform Telegram pada hari Ahad (21/1/2025), di mana dia mengkritik kebijakan Biden dalam mengelola konflik dengan Rusia.

Baca Juga

"Yang menarik perhatian saya adalah ketertarikannya yang tidak tepat terhadap Ukraina, meskipun dia menjelaskan kepada saya bahwa dia mengikuti arahan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama," ujar pejabat Rusia tersebut dikutip dari Aljazeera, Selasa (21/1/2025).

"Seiring berjalannya waktu, arahan-arahan itu berubah menjadi obsesi, yang didorong oleh kesalahan-kesalahan politik, korupsi, dan penilaian yang buruk yang berasal dari ketidaktahuan sejarah dan kurangnya pemahaman tentang situasi Ukraina. Orang tua itu bertindak terlalu jauh dan memicu perang antara seluruh Barat dan Rusia, dan hampir menyebabkan konfrontasi nuklir dengan NATO."

"Memang benar bahwa perang ini menguntungkan Amerika Serikat secara ekonomi, tetapi biaya politik dan risiko nyata dari konflik yang menghancurkan jauh lebih penting. Ini adalah sesuatu yang tidak dipersiapkan oleh orang tua itu. Ini adalah situasi di mana pemimpin negara adidaya global benar-benar kehilangan kendali atas situasi dan menyebabkan kekalahan telak dalam pemilihan umum bagi Partai Demokrat."

Medvedev, yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, berbicara di saat ketegangan antara NATO dan Moskow terus meningkat karena perang Rusia di Ukraina.

Hal ini juga terjadi menjelang pelantikan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump pada hari Senin, yang telah mengkritik pemerintahan Biden yang menghabiskan miliaran dolar untuk mendukung Ukraina dan mengatakan bahwa jika ia duduk di meja perundingan dengan Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, ia akan mengakhiri perang di antara kedua negara tersebut dalam waktu 24 jam.

Patut dicatat bahwa Amerika Serikat dan Rusia memiliki hampir 90 persen dari seluruh senjata nuklir di dunia.

Pada awal tahun lalu, mantan Donald Trump muncul menjelang kemenangannya dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik di New Hampshire pada 22 Januari 2024, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan yang tajam bahwa dia dapat mengakhiri perang Rusia-Ukraina, memperingatkan bahwa dunia sedang berada di ambang Perang Dunia III, dan hanya dia yang dapat membawa perdamaian.

Pernyataan Trump tentang perang dunia yang akan segera terjadi bukanlah sebuah pengecualian. Kemudian Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps juga menyatakan bahwa kita telah beralih dari "dunia pasca-perang" ke "dunia pra-perang", yang dikonfirmasi oleh surat kabar Inggris "The Telegraph" dalam sebuah laporan yang mengindikasikan bahwa tentara Rusia sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi konflik yang akan datang.

Laporan tersebut bahkan menyerukan perlunya mempersenjatai kembali tentara Eropa dan tidak sepenuhnya bergantung pada kekuatan Amerika Serikat, karena jika berpaling, Eropa sudah kalah dalam perang berikutnya sebelum memasukinya.

photo
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina. - (dw)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement