REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dunia kerja itu berubah cepat, Sobat! Secepat promo kopi kekinian yang cuma berlaku 24 jam. Teknologi, otomatisasi, dan segala macam transformasi digital bikin segalanya makin canggih, sekaligus makin menantang buat para pencari kerja. 

Bambang Kelana Simpony, dosen UBSI (Universitas Bina Sarana Informatika) Kampus Tasikmalaya, punya wejangan yang nggak main-main soal ini. “Punya skill teknis itu penting, tapi di dunia kerja sekarang, itu baru separuh jalan. Yang paling krusial adalah kemampuan buat terus belajar dan beradaptasi,” ujar Bambang, yang bukan cuma bicara teori, tapi juga praktik langsung di kampusnya.

Kurikulum di UBSI Kampus Tasikmalaya nggak cuma soal hafalan dan tugas makalah. Di sini, mahasiswa diceburkan langsung ke project-based learning—belajar bikin proyek beneran, bukan sekadar wacana. Jadi, kalau nanti di tempat kerja ketemu masalah, mereka nggak perlu gugup. Cari solusi jadi kebiasaan, bukan cobaan.

Bambang nggak lupa nyebut pentingnya soft skill. Mau komunikasi jago, kerja tim solid, atau tahu cara ngatur waktu biar nggak deadliner parah? Semua itu diasah di sini, lewat pelatihan dan uji kompetensi yang nggak bikin kantong bolong. Kampus ini juga punya laboratorium komputer lengkap dan platform pembelajaran daring buat mahasiswa yang kepengen belajar di mana aja, kapan aja.

Adaptasi, menurut Bambang, bukan cuma soal ngejar tren, tapi bikin tren sendiri. Lulusan yang lincah dan kreatif bakal diterima kerja lebih cepat, bahkan bisa bikin peluang kerja baru. Di UBSI Kampus Tasikmalaya, Cisco Networking Academy dan pelatihan bersertifikat lainnya bikin mahasiswa siap terjun ke pasar kerja, lengkap dengan senjata digital yang mumpuni.

Jadi, kalau ada yang bilang adaptasi itu susah, ya, mungkin mereka belum kenal cara UBSI bikin mahasiswa jadi agen perubahan. Siap belajar, siap kerja, dan siap jadi juara di dunia yang serba cepat.

Ikuti Whatsapp Channel Republika