REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Pancasona kini tak hanya dikenal sebagai petani biasa, tetapi telah menjadi pionir dalam pertanian modern di Komplek DEPHAN Pondok Rajeg. Bersama tim dosen Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) dan mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi, mereka sukses menggelar pelatihan hidroponik melon dan sayuran yang puncaknya ditandai dengan panen perdana pakcoy hidroponik pada 23 November 2024.
Tak hanya menghasilkan 8 kilogram pakcoy berkualitas tinggi yang dijual dengan harga Rp 7.500 per 500 gram, kegiatan ini juga membuka jalan bagi komunitas untuk menguasai teknologi pertanian masa depan.
Pelatihan hidroponik dimulai pada 8 September 2024, dengan pendampingan intensif dari tim dosen UBSI, yaitu Kusmayanti Solecha, Oky Irnawati, Furi Indriyani, dan Hilda Rachmi. Bersama para mahasiswa, yaitu Handra Putratama Tanjung dan Nasrul Walid Hidayat, pelatihan ini mencakup teori budidaya hidroponik, mulai dari pemilihan media tanam hingga teknik perawatan yang dipimpin oleh M. Fajar Sidik selaku praktisi di bidang Hidroponik Melon.
Pada 16 September 2024, sesi praktik langsung digelar di greenhouse Pancasona, di mana ibu-ibu KWT diajarkan instalasi hidroponik dan penyemaian benih melon. Para dosen UBSI memberikan arahan langsung, sementara mahasiswa membantu peserta mempraktikkan teknik-teknik dasar pertanian modern.
“Kami berharap pelatihan ini dapat memberdayakan ibu-ibu KWT untuk mengadopsi teknologi hidroponik dengan percaya diri. Ini adalah langkah awal untuk kemandirian pertanian yang ramah lingkungan,” ujar Kusmayanti Solecha, salah satu dosen UBSI yang terlibat.
Tak berhenti di melon, pelatihan dilanjutkan pada 19 September dengan fokus pada hidroponik sayur. Dosen UBSI bersama narasumber lokal, Desri (penyuluh pertanian Kabupaten Bogor), memberikan materi dan praktik langsung tentang penyemaian benih sayur, yang dinilai cocok untuk lingkungan perkotaan.
Puncaknya adalah panen perdana pakcoy hidroponik pada 23 November 2024. Acara ini dihadiri oleh Ketua KWT Pancasona, Dewi Anggraini, yang tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya.
“Panen ini adalah bukti nyata kerja keras kami bersama tim dosen dan mahasiswa UBSI. Hidroponik memberikan solusi bagi kami yang terbatas lahan, tetapi tetap ingin menghasilkan sayuran sehat dan berkualitas,” ungkapnya.
Mahasiswa yang terlibat, Handra Putratama Tanjung, mengaku terinspirasi oleh semangat ibu-ibu KWT. “Melihat antusiasme mereka mempelajari teknologi baru membuat saya yakin bahwa pertanian modern bisa diterapkan di mana saja,” ujarnya.
Dukungan dari hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat serta tim UBSI memungkinkan KWT Pancasona untuk memperluas jangkauan pemasaran lokal.
Oky Irnawati, salah satu dosen UBSI, menambahkan, “Kami akan terus mendampingi KWT Pancasona agar dapat meningkatkan skala produksi dan memastikan keberlanjutan usaha mereka.”
Sementara itu, Desri mengatakan, keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada ekonomi komunitas, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kelompok masyarakat lain untuk mulai melirik teknologi hidroponik sebagai solusi masa depan.
Kolaborasi antara dosen UBSI, mahasiswa, dan KWT Pancasona membuktikan bahwa inovasi teknologi bisa diterapkan oleh komunitas kecil untuk mendukung ketahanan pangan. Dengan semangat yang terus menyala, ibu-ibu ini menunjukkan bahwa pertanian modern tidak harus rumit, tetapi bisa dimulai dari langkah kecil dengan dampak besar.