REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ketua Program Studi Ahwal Al-syakhshiyah Encep Abdul Rojak
JAKARTA -- Ilmu Falak, itulah cabang ilmu Islam yang mirip-mirip ilmu astronomi. Dalam Ilmu ini belajar mengenal satelit alami bumi, yaitu bulan dengan segala keindahannya. Dengan mengenal bulan, aslinya kita akan nambah energi keimanan.
Betapa benda langit yang Allah ciptakan ini sangat indah, banyak puitis yang menjadikannya sumber inspirasi, dan menjadikan malam-malam begitu syahdu dan indah. Itulah bulan, yang pernah dibelah menjadi dua oleh Rasulullah saw sebagai bentuk mu’jizat.
Selain bulan, melalui ilmu ini kita akan belajar juga bintang yang paling dekat dengan bumi, pemimpin tata surya kita, yaitu matahari. Suhu permukaan yang mencapai 6.000 derajat celcius, setiap hari matahari tidak pernah bosan memberikan kehidupan bagi bumi. Bayangkan 1 hari saja tanpa adanya matahari, dunia sangat menyeramkan seperti seorang pendaki tertinggal rombongan di kedalaman hutan tanpa penerangan.
Yang terbayang adalah kehidupan yang pendek. Begitu juga bumi tanpa sinar matahari, maka benda-benda di sekitar akan menjadi beku, pertanian akan rusak, panen pertanian akan gagal, dan sejuta kerugian lainnya.
Observatorium menjadi salah satu pendukung ilmu falak agar lebih berkembang dan bermanfaat untuk masyarakat. Di Universitas Islam Bandung (Unisba), yang terletak di tengah kota, sudah memiliki observatorium bintang yang unggul dan canggih. Dibangun pada tahun 2022 dan diserahkan kepada Fakultas Syariah sebagai pengelolanya, karena di fakultas ini terdapat mata kuliah Ilmu Falak dengan bobot 5 sks.
Observatorium ini memiliki beberapa kelebihan yaitu dome bisa dioperasional dengan remote dari jarak jauh, teropong bisa diakses melalui IP yang terpasang, sehingga kita bisa melakukan observasi di luar wilayah laboratorium ini.
Satu satunya perguruan tinggi swasta di Jawa Barat yang memiliki observatorium ini adalah Unisba. Kampus negeri diwakili oleh ITB dan posisi kedua adalah Unisba Bandung. Komitmen yang baik dari para pimpinan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan manfaat yang lebih nyata bagi masyarakat.
Salah satunya dalam bentuk informasi rukyat hilal bagi masyarakat Indonesia, dan menunjang kebijakan Pemerintah dalam penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Pemerintah Indonesia dalam menentukan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah masih berpedoman kepada rukyat hilal.
Hal ini berarti penentuan bulan-bulan hijriyah tersebut harus dibarengi dengan kegiatan observasi di lapangan untuk melihat hilal sebagai penentu masuknya bulan baru dalam kalender Hijriyah.
Observasi hilal yang tergolong sulit, dengan bentuk hilal yang sangat tipis, tahun ke-3 observatorium albiruni fakultas Syariah Unisba sudah berhasil menangkap dan mengabadikannya sebagai hilal pertama yang terlihat. Observatorium yang dilengkapi dengan 2 teropong digital, dan kamera CCD melalui device yang terpasang dan terinstal dengan baik, berhasil menangkap hilal untuk penentuan 1 Dzulhijjah 1445 H.
Ini adalah capaian luar biasa dari observatorium ini yang berhasil mengabadikan hilal untuk penentuan ibadah haji di Indonesia. Juga untuk pertama kalinya hilal terlihat di Kota Bandung.
Selain untuk pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, observatorium ini pun bisa dikunjungi oleh siswa-siswa SMA untuk belajar lebih jauh tentang alam semesta, pengamatan benda langit, penentuan arah kiblat, dan beberapa kegiatan lainnya. Juga bisa untuk guru-guru dalam rangka peraktek ilmu alam. Karena kita sama-sama berkomitmen untuk memajukan pendidikan di Indonesia sesuai dengan peran masing-masing.