REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald John Trump memberikan sinyal pada Sabtu (7/12/2024) waktu setempat, ia percaya pemerintah negeri Paman Sam seharusnya tidak terlibat dalam konflik di Suriah. Trump mengirimkan isyarat tentang kemungkinan kebijakan AS pada masa depan terhadap wilayah tersebut saat kelompok-kelompok pemberontak membuat kemajuan mengejutkan dengan mengepung ibu kota Suriah, Damaskus.
"Suriah adalah kekacauan, tetapi bukan teman kita, dan Amerika Serikat tidak seharusnya terlibat apa pun di dalamnya," begitu Trump memperingatkan dalam sebuah unggahan di platform media sosialnya, Truth Social, saat berada di Paris untuk pembukaan kembali Katedral Notre Dame dan pertemuan dengan para pemimpin dunia.
"Ini bukan pertarungan kita. Biarkan berjalan sendiri. Jangan terlibat!" Trump mengatakan, pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh Rusia, Iran, dan milisi luar negeri, tidak layak mendapatkan dukungan AS untuk mempertahankan kekuasaan sekitar 13 tahun sejak perang saudara dimulai.
Dia juga berpendapat, Rusia "tampaknya tidak mampu menghentikan kemajuan literal di Suriah" karena "mereka terlalu terlibat (perang) di Ukraina." Trump menyarankan, mungkin lebih baik jika pemberontak menggulingkan pemerintahan Assad.
Dia juga mengkritik keputusan Presiden Barack Obama pada 2013 untuk tidak melancarkan serangan udara terhadap Suriah, setelah Assad menggunakan senjata kimia untuk membunuh rakyatnya sendiri, meskipun sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan senjata kimia akan melewati "garis merah" yang memicu respons militer Amerika.