Senin 25 Nov 2024 20:53 WIB

Serangan Hizbullah Paling Besar Paksa Jutaan Warga Israel Sembunyi, Ini Kata Pakar Militer

Israel tak mampu membendung serangan paling besar Hizbullah

Rep: Fitrian Zamzami / Red: Nashih Nashrullah
Pasukan penjinak bom polisi Israel memeriksa lokasi jatuhnya rudal yang ditembakkan dari Lebanon menghantam daerah di Petah Tikva, pinggiran Tel Aviv, Israel, Ahad 24 November 2024.
Foto: AP Photo/Oded Bality
Pasukan penjinak bom polisi Israel memeriksa lokasi jatuhnya rudal yang ditembakkan dari Lebanon menghantam daerah di Petah Tikva, pinggiran Tel Aviv, Israel, Ahad 24 November 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA— Kolonel Purnawirawan Hatem Karim al-Falahi, seorang pakar militer, mengatakan bahwa Israel kemungkinan akan meningkat secara signifikan setelah serangan rudal Hizbullah yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan memprediksi bahwa mereka akan mengebom target-target milik negara Lebanon, termasuk bandara dan pelabuhan Beirut.

Berbicara kepada Aljazeera, al-Falahi mengatakan bahwa apa yang dilakukan Hizbullah sangat menyakitkan setelah menargetkan target militer dan ekonomi, yang telah membuat Israel menderita secara nyata.

Baca Juga

Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa hampir 4 juta orang memasuki bunker-bunker di Israel pada Ahad (24/11/2024) setelah 340 roket ditembakkan dari Libanon sejak pagi tadi.

Al-Falahi percaya bahwa Hizbullah mengadopsi kebijakan pencegahan baru yang coba dibuktikan dengan jumlah roket yang belum pernah terjadi sebelumnya ke berbagai target Israel di tingkat taktis, taktis dan strategis.

Kebijakan partai ini muncul setelah eskalasi Israel yang menargetkan sebuah area yang berjarak sekitar 300 meter dari Serail Pemerintah Lebanon (tempat kedudukan kabinet), katanya, seraya menambahkan bahwa partai ini mengirimkan pesan bahwa mereka mampu mengelola konfrontasi dan eskalasi terhadap Tel Aviv.

Di sisi lain, pakar militer tersebut memperkirakan bahwa Israel akan menanggapi roket-roket Hizbullah dengan menyerang target-target milik partai tersebut dan negara Lebanon, termasuk bandara dan pelabuhan, terutama karena serangan darat masih terbatas dan belum mencapai terobosan yang signifikan.

Dia menunjukkan bahwa Tel Aviv telah berfokus pada periode sebelumnya pada "tidak memusuhi rakyat Lebanon yang tersisa untuk mempertahankan tekanan pada Hizbullah".

Dalam konteks ini, lembaga penyiaran pemerintah Israel mengutip sebuah sumber politik yang mengatakan bahwa "Israel sejauh ini telah membedakan antara target Lebanon yang tidak diserang dan target Hizbullah."

Menurut lembaga penyiaran Israel tersebut, Tel Aviv memperingatkan Beirut bahwa jika tidak ada kesepakatan yang dicapai, target-target Lebanon akan diserang, sementara Hizbullah mempublikasikan sebuah gambar yang berbunyi: "Beirut bertemu dengan Tel Aviv".

BACA JUGA: Israel, Negara Yahudi Terakhir dan 7 Indikator Kehancurannya di Depan Mata 

Pada gilirannya, surat kabar Maariv mengatakan bahwa tentara Israel dapat menargetkan gedung parlemen Lebanon di Beirut sebagai bagian dari opsi dalam perang di Lebanon, untuk menyatakan "kemenangan" dan mengembalikan penduduk utara ke rumah mereka.

Tentara Israel mengeluarkan peringatan baru bahwa gedung-gedung di pinggiran selatan Beirut, Haret Hreik, Ghubairi, Burj al-Barajneh, Hadath, Choueifat, dan Amroussiyeh akan dibom, dan al-Falahi memperkirakan akan terjadi malam yang panas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement