Rabu 13 Nov 2024 12:00 WIB

Optimisme Menuju Indonesia Emas dan Serius Cegah Indonesia Cemas, Begini Penjelasannya

Menghindari munculnya generasi Indonesia cemas dari perspektif ahli.

Santri merupakan komunitas yang nantinya menjadi SDM berdaya saing menuju Indonesia Emas.
Foto: ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin
Santri merupakan komunitas yang nantinya menjadi SDM berdaya saing menuju Indonesia Emas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BPJamsostek, sebagai pengelola jaminan sosial bagi jutaan tenaga kerja Indonesia, berperan penting dalam menciptakan kesejahteraan pekerja. Peran ini semakin krusial dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, ketika negara diharapkan menjadi maju dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Melalui perlindungan sosial yang kuat, BPJS Ketenagakerjaan membantu menyiapkan tenaga kerja produktif yang lebih sejahtera dan terlindungi, baik dari risiko kecelakaan kerja, jaminan hari tua, maupun jaminan kematian. Dengan mengatasi tantangan strategis dalam pengelolaan dana dan pelayanan, BPJS Ketenagakerjaan dapat memperkuat fondasi kesejahteraan tenaga kerja yang menjadi kunci bagi tercapainya target Indonesia Emas.

Baca Juga

Namun, untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 tersebut, BPJS menghadapi tantangan besar, terutama dalam mengantisipasi pembayaran klaim besar-besaran secara bersamaan. Jika bonus demografi generasi 2045 tidak dikelola dengan baik, Indonesia Emas bisa berubah menjadi Indonesia Cemas.

Pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia produktif terbesar, yang seharusnya menjadi kekuatan ekonomi nasional. Namun, potensi ini hanya dapat tercapai jika mereka terlindungi dan sejahtera. BPJS Ketenagakerjaan memegang peran strategis dalam memastikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja ini, yang akan menopang stabilitas ekonomi di masa depan.

Dengan meningkatnya kebutuhan jaminan sosial, baik di sektor formal maupun nonformal, BPJS Ketenagakerjaan memerlukan strategi efektif untuk memastikan klaim dibayarkan secara tepat waktu tanpa membebani keuangan negara.

Menurut Direktur Eksekutif The PRAKARSA, Ah Maftuchan, dan pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti, Dr. Trubus Rahardiansah, upaya ini memerlukan manajemen risiko yang matang, perluasan cakupan peserta, serta kolaborasi lintas sektor untuk dapat memberikan jejaring sosial bagi masyarakat, khususnya potensi ledakan adanya generasi sandwich di masa mendatang.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement