REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan pemecatan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan menunjuk Menteri Luar Negeri Yisrael Katz sebagai Menteri Pertahanan Israel yang baru.
Netanyahu membenarkan keputusannya untuk memberhentikan Gallant dengan krisis kepercayaan yang secara bertahap berkembang di antara mereka dan tidak memungkinkan untuk manajemen perang yang normal.
"Krisis kepercayaan yang terjadi antara saya dan Menteri Pertahanan tidak memungkinkan untuk terus mengelola perang dengan cara ini.” kata dia, dikutip dari Aljazeera, Rabu (6/11/2024).
Netanyahu menambahkan bahwa ia yakin langkah ini akan membuat kabinetnya lebih harmonis.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa telepon pemecatan antara Netanyahu dan Gallant hanya berlangsung selama tiga menit.
Walla mengutip orang-orang yang dekat dengan Netanyahu yang mengatakan bahwa perdana menteri juga berniat untuk memecat kepala staf angkatan darat dan kepala Shin Bet.
Ini adalah kedua kalinya Netanyahu memecat menteri pertahanannya, Yoav Gallant, setelah memecatnya sekitar satu setengah tahun yang lalu dengan alasan amandemen peradilan.
Namun terpaksa mencabut keputusan tersebut setelah terjadi demonstrasi besar-besaran di Israel yang mengecam pemecatan tersebut, yang diikuti oleh ratusan ribu warga Israel.
Reaksi
Tak lama setelah pengumuman pemecatannya, ratusan orang turun ke jalan di Tel Aviv untuk memprotes pemecatan tersebut, dan para pengunjuk rasa memblokir poros Ayalon di Tel Aviv Raya.
Dalam komentar pertamanya mengenai pemecatannya, Gallant mengatakan bahwa keamanan Negara Israel adalah dan akan tetap menjadi misinya selama masih hidup.
Pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan bahwa pemecatan Gallant di tengah-tengah perang adalah hal yang gila, dan bahwa Netanyahu menjual keamanan Israel dan tentara demi kelangsungan hidup politiknya.
Mantan anggota Dewan Perang Israel, Benny Gantz, mengatakan bahwa pemecatan Gallant adalah pemecatan politis dengan mengorbankan keamanan negara.
Avigdor Lieberman, Ketua Partai Yisrael Beiteinu, mengatakan bahwa jika menteri pertahanan dapat diganti di tengah-tengah perang, begitu juga dengan perdana menteri.
BACA JUGA: Israel, Negara Yahudi Terakhir dan 7 Indikator Kehancurannya di Depan Mata
Israel Broadcasting Corporation juga mengutip pejabat keamanan yang mengatakan bahwa “memberhentikan Galant saat ini adalah keputusan yang tidak bertanggung jawab,
"Sementara kita sedang mewaspadai serangan dari Iran.” Israel Broadcasting Corporation mengutip sumber keamanan yang mengatakan bahwa Netanyahu memilih politik daripada keamanan negara.
Seorang pejabat senior mengatakan kepada Israel Broadcasting Corporation bahwa kepercayaan itu penting, namun memecat seorang menteri pertahanan pada saat ini sama sekali tidak tepat.