Rabu 30 Oct 2024 08:12 WIB

Ini Respons Resmi Hamas Terkait Proposal Gencatan Senjata Pascagugurnya Yahya Sinwar

Proposal gencatan senjata juga membahas tentang pertukaran sandera.

Kerabat warga Palestina yang syahid dalam serangan udara Israel berduka di rumah sakit Syuhada Al Aqsa di kota Deir Al Balah, Jalur Gaza tengah, 29 Oktober 2024.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Kerabat warga Palestina yang syahid dalam serangan udara Israel berduka di rumah sakit Syuhada Al Aqsa di kota Deir Al Balah, Jalur Gaza tengah, 29 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, PALESTINA - Hamas pada Selasa (29/10/2024) mengumumkan bahwa mereka telah menanggapi permintaan mediator untuk membahas gencatan senjata. Dalam proposal baru terkait gencatan senjata di Jalur Gaza itu juga dibahas penyelesaian kesepakatan pertukaran sandera.

“Terkait negosiasi gencatan senjata, Hamas telah menanggapi permintaan mediator untuk mengeksplorasi proposal baru mengenai gencatan senjata dan pertukaran sandera,” ujar pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, dalam konferensi pers.

Baca Juga

Ia menyebut bahwa kelompok perlawanan Palestina itu telah mengadakan beberapa pertemuan terkait hal ini dan menambahkan bahwa pertemuan lainnya akan diadakan dalam konteks yang sama.

Abu Zuhri menegaskan kembali keterbukaan Hamas “terhadap kesepakatan atau gagasan apa pun yang dapat mengakhiri penderitaan rakyat kami di Gaza, mewujudkan gencatan senjata total, memastikan penarikan pendudukan dari seluruh wilayah, mencabut blokade, menyediakan bantuan, dukungan, serta tempat tinggal bagi rakyat kami, mendukung rekonstruksi, serta menjamin kesepakatan serius untuk para tahanan.”

Israel memperkirakan bahwa 101 sandera masih ditahan oleh Hamas di Gaza. Beberapa di antaranya diyakini telah tewas akibat serangan udara Israel di wilayah padat penduduk tersebut.

Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar belum berhasil mencapai gencatan senjata di Gaza, tetapi Washington menyatakan bahwa tewasnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pada 18 Oktober, mungkin akan membuka jalan bagi terobosan dalam pembicaraan.

Namun, Hamas menegaskan bahwa konflik akan berakhir jika Israel menghentikan kampanye serangan militer di wilayah yang diblokade, yang telah membunuh lebih dari 43.060 orang sejak tahun lalu.

Tentara Israel telah melanjutkan serangan besar-besaran di Gaza sejak insiden lintas batas oleh Hamas pada Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Lebih dari 43.000 orang telah meninggal, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 101.100 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh populasi di wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya yang brutal di Gaza.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement