Jumat 11 Oct 2024 10:38 WIB

Kisah Mesranya Bahrain dengan Israel

Bahrain adalah penandatangan perjanjian normalisasi dengan Israel pada 2020.

PM Israel Benjamin Netanyahu, Menlu UEA Abdullah bin Zayed al-Nahyan dan Menlu  Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, selepas penandatanganan Perjanjian Abraham di Gedung Putih, 15 September 2020.
Foto: AP/Alex Brandon
PM Israel Benjamin Netanyahu, Menlu UEA Abdullah bin Zayed al-Nahyan dan Menlu Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, selepas penandatanganan Perjanjian Abraham di Gedung Putih, 15 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA – Bahrain, negara yang tim nasional sepakbolanya menahan imbang Timnas Indonesia secara kontroversial pada Kamis (11/10/2024) malam ternyata punya juga sejarah kemesraan dengan Israel. Negara itu adalah salah satu penandatangan Perjanjian Abraham alias paket normalisasi Israel dengan sejumlah negara Muslim pada 2020.

Perjanjian Abraham, diambil dari nama nabi besar umat Yahudi, Kristen dan Islam, adalah gagasan Amerika Serikat yang diujungtombaki Presiden Donald Trump pada 2020. Melalui perjanjian itu, AS mengiming-imingi sejumlah negara Muslim dengan berbagai bantuan dengan imbalan menormalisasi hubungan dengan Israel.

Baca Juga

Bahrain salah satu yang meneken perjanjian itu pada 2020. Negara lainnya yang secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel melalui perjanjian itu adalah UEA, Maroko, dan Sudan. Sejak itu, hubungan Israel dan Bahrain tergolong mesra.

Media-media Bahrain melansir, Presiden Israel Isaac Herzog tiba di Bahrain pada Ahad (4/12/2022) untuk kunjungan kenegaraan pertamanya sejak menjalin hubungan diplomatik pada 2020. Herzog disambut di bandara oleh Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Alzayani.

Herzog mengadakan pembicaraan dengan Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa di Ibu Kota Manama. Mereka membahas hubungan bilateral dan perkembangan regional. "Raja Hamad menegaskan posisi tegas Bahrain dalam mendukung pencapaian perdamaian yang adil, komprehensif dan berkelanjutan yang menjamin hak-hak sah rakyat Palestina," lapor kantor berita negara BNA.

Sementara Herzog berterima kasih kepada raja Bahrain atas penerimaannya dan memuji visi perdamaian, persahabatan, toleransi dan kontribusi besarnya pada Perjanjian Abraham. "Kita harus memperkuat aliansi kita untuk perdamaian dan membawa lebih banyak negara dan bangsa ke dalam lingkaran perdamaian di kawasan kita," ujar Herzog.

Pada September 2023, Jerusalem Post melaporkan bahwa rencana kerja sama kedua negara kian dalam. Eitan Na'eh, duta besar Israel untuk Kerajaan Bahrain kala itu menyatakan telah membawa delegasi yang terdiri dari 27 pengusaha, yang telah mengadakan puluhan pertemuan selama kunjungan menteri luar negeri Israel kala itu.

“Lebih banyak investasi dibahas, begitu juga dengan Forum Negev. Kami ingin menyelesaikan proyek tersebut. Bahrain memimpin dalam bidang kesehatan. Israel dalam ketahanan pangan dan pendidikan. Kami melihat minat awal investor di Israel dan AS untuk berinvestasi di negara-negara Perjanjian Abraham. Kami melihat Bahrain sebagai pintu gerbang dan hub,” ujar Na’eh dilansir Jerusalem Posr.

Namun, sebulan setelah kunjungan itu, serangan Topan al-Aqsa oleh pejuang Palestina terjadi disusul agresi brutal Israel ke Jalur Gaza. Pada 3 November 2023, Bahrain kemudian menangguhkan hubungan dengan Israel. 

Manama menegaskan bahwa pihaknya menarik duta besarnya dari Israel, yang operasinya meningkat di Gaza telah menimbulkan tantangan bagi pemerintah regional yang berupaya menjalin hubungan lebih dekat dengan Israel, lapor Reuters.

Menyusul pernyataan sebelumnya dari majelis rendah parlemen Bahrain, pemerintah Bahrain saat itu mengkonfirmasi bahwa duta besarnya akan kembali dan duta besar Israel di Manama telah pergi “beberapa waktu yang lalu”.

Dalam pernyataannya, parlemen Bahrain mengatakan langkah tersebut “menegaskan posisi bersejarah Bahrain dalam mendukung perjuangan Palestina”. “Dewan Perwakilan menegaskan bahwa duta besar Israel di kerajaan Bahrain telah meninggalkan Bahrain dan kerajaan Bahrain telah memutuskan untuk mengembalikan duta besar Bahrain untuk Israel,” kata parlemen dalam sebuah pernyataan.

Namun, Israel saat itu mengatakan bahwa hubungannya dengan Bahrain “tetap stabil” menurut laporan Reuters. Kementerian luar negeri Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Kami ingin mengklarifikasi bahwa belum ada pemberitahuan atau keputusan yang diterima dari pemerintah Bahrain dan pemerintah Israel untuk memulangkan duta besar negara tersebut. Hubungan antara Israel dan Bahrain stabil.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement