REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Memasuki tahun 2024, Dinas Rahasia AS setelah kehilangan hampir seperlima dari agen-agen veteran mereka, dan sisanya bekerja terlalu keras, dibayar rendah, kurang terlatih, dan tidak memiliki teknologi terbaru. Demikian dilaporkan New York Times.
Direktur Secret Service Kimberly Cheatle mengundurkan diri pada bulan Juli setelah seorang pembunuh hampir membunuh mantan Presiden dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump pada sebuah rapat umum di Butler, Pennsylvania. “Dinas tersebut tidak siap,” tulis Times pada hari Kamis.
Upaya pembunuhan terhadap Trump mengungkapkan masalah yang mendalam di Secret Service (Dinas Rahasia) dari kurangnya teknologi hingga kegagalan dalam komando dan komunikasi.
Sebagai contoh, penembak Butler mengintai lokasi kejadian dengan menggunakan drone, sementara pasukan pengawal tidak memilikinya dan radio mereka tidak berfungsi dengan baik.
"Namun, masalah terbesarnya adalah adanya eksodus orang-orang yang terlatih," demikian laporan Times, mengutip para pegawai dan mantan pegawai agensi.
Setidaknya 1.400 dari 7.800 karyawan Secret Service keluar pada tahun fiskal 2022 dan 2023, yang merupakan kehilangan terbesar dalam dua dekade.
Meskipun agensi tersebut telah menambah tenaga kerjanya menjadi 8.100 orang - tingkat tertinggi yang pernah ada - pada musim panas ini, jumlah ini masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan.
Halaman selanjutnya ➡️