Jumat 30 Aug 2024 20:46 WIB

Anak Muda Mengkaji Indonesia Emas 2024 atau Indonesia Cemas?

Dari 187 juta jiwa anak muda, hanya 11 persen yang bisa mengenyam bangku kuliah.

Peserta diskusi Generasi Muda Menatap Masa Depan, Indonesia Emas atau Cemas yang diadakan Muda Bicara ID berkolaborasi berkolaborasi dengan KISP di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2024).
Foto: Republika.co.id
Peserta diskusi Generasi Muda Menatap Masa Depan, Indonesia Emas atau Cemas yang diadakan Muda Bicara ID berkolaborasi berkolaborasi dengan KISP di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Emas 2045 adalah visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang makmur, adil, dan berdaulat saat berusia 100 tahun. Sayangnya, data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, sekitar 9,9 juta gen Z di Indonesia menganggur atau termasuk dalam istilah NEET (not in education, employment, or training).

Artinya, lapangan pekerjaan yang menjadi faktor penting penentu masa depan kelompok muda juga masih menjadi tantangan serius. Alhasil, pada akhirnya term Indonesia Emas seringkali diplesetkan sebagian kalangan menjadi Indonesia Cemas.

Koordinator Umum Komite Independen Sadar Pemilu (KISP), Moch Edward Trias Pahlevi menyoroti upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang memerlukan sumber daya manusia yang mumpuni. Saat ini, dari jumlah generasi muda yang hampir 187 juta jiwa, hanya 11 persen di antara mereka yang bisa mengakses bangku perguruan tinggi.

"Ada pekerjaan rumah besar kita untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, khususnya di sektor akses pendidikan. Jika tidak diselesaikan maka program Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai," kata Edward dalam diskusi bertema 'Generasi Muda menatap Masa Depan, Indonesia Emas atau Cemas' di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2024).

Edward menjelaskan, diskusi yang diadakannya bertujuan untuk menjadi titik temu gen Z dan pemangku kebijakan dan aktor politik. Sehingga terjadi pertukaran gagasan yang dapat mendorong kebijakan pemerintah yang lebih baik ke depannya. "Ini juga sebagai upaya memangkas gap antara anak muda dan politik, yang kini semakin berjarak," ucap founder Muda Bicara ID tersebut.

Wasekjen DPP Partai Nasdem, Siar Anggretta Siagian menyoroti posisi kelompok muda di visi Indonesia Emas adalah dimulai dari mental diri sendiri. "Ada dua poin penting dalam visi ini, pertama bekali diri sendiri dengan skill, kapasitas, dan mental profesional. Kedua, penting untuk anak muda berpartisipasi dalam politik," terang Siar.

Siar pun mendorong parpol untuk lebih inklusif terhadap kelompok muda. "Di Partai Nasdem, kita ada divisi khusus pemilih pemula, dan di kantor kita ada program Nasdem Tower Tour untuk mendekatkan diri dengan para kelompok muda," ucap Siar dalam acara yang diadakan Muda Bicara ID berkolaborasi berkolaborasi dengan KISP.

Ketua DPW PSI DKI Jakarta, Elva Farhi Qolbina menyoroti tantangan kelompok muda saat ini memang sangat kompleks. Tidak heran, sambung dia, sebagian orang menyebut hari ini sebagai Indonesia cemas. "Bukan menakut-nakuti, namun kita harus sadar situasi agar dapat bersiap," ujar Elva di hadapan 50 peserta anak muda.

Meski begitu, Elva mengungkap, pentingnya kelompok muda untuk sadar politik dan ikut berpartisipasi di dalamnya. Dia ingin keterlibatan anak muda dalam pembangunan semakin besar. "Saat ini, kita sedang mendorong bagaimana musrembang (musyawarah rencana pembangunan) ada yang khusus untuk anak muda," kata Elva.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement