Selasa 13 Aug 2024 09:09 WIB

Tiga Kelemahan yang Bisa Buat Anies Gagal Maju di Pilgub Jakarta 2024 Menurut Pengamat

Anies berpotensi tak diusung parpol manapun untuk maju di Pilgub Jakarta 2024.

Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan.
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P

Bakal calon gubernur (cagub) DKI Jakarta Anies Baswedan berpotensi gagal maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Pasalnya, partai-partai yang semula ingin mengusungnya kini mulai menunjukkan sikap menjauh. 

Baca Juga

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai, ada tiga kelemahan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Salah satunya adalah karena Anies bukan merupakan kader partai politik, yang notabene menjadi salah satu kendaraan untuk menjadi seorang kepala daerah. 

"Karena dia bukan kader, mudah saja ditinggalkan. Karena tidak pernah berjuang di partai, tidak pernah membesarkan partai, tidak pernah berdarah-darah di partai juga, maka partai bisa kapanpun meninggalkan Anies," kata Ujang kepada Republika, Ahad (11/8/2024).

Selain itu, alasan kedua partai politik meninggalkan Anies adalah karena mantan calon presiden itu tak bisa mencari dukungan tambahan. Dalam kasus PKS, Anies dinilai tak dapat menggenapi syarat dukungan 22 kursi DPRD Provinsi DKI Jakarta untuk mengusung pasangan calon.

"PKS punya 18 kursi, Anies diminta untuk melengkapi empat kursi lagi agar bisa mengusung Anies-Sohibul, tapi karena tidak memenuhi sampai tenggat waktu, maka PKS meninggalkannya," ujar Ujang.

Alasan terakhir adalah karena Anies memiliki elektabilitas yang tinggi di Pilgub DKI Jakarta. Elektabilitas itu dinilai memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, elektabilitas merupakan kelebihan, tapi di sisi lain juga menjadi kekurangan. 

"Karena, orang banyak yang ingin menggagalkannya," kata Ujang.

Sebelumnya, Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI Ibnu Dwi Cahyo menilai posisi Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta semakin terdesak dengan kehadiran Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus. Beberapa partai yang sebelumnya mendukung Anies, diperkiarakan akan bergabung ke KIM plus.

"Kondisi ini tentu tidak menguntungkan Anies dan bila terjadi, Ridwan Kamil (cagub yang dicalonkan KIM plus) melawan kotak kosong di Jakarta," kata Ibnu Dwi Cahyo dalam siaran pers yang diterima Antara, Rabu pekan lalu.

Ibnu melanjutkan, untuk memperkuat mesin politik Anies dalam pilkada Jakarta, PKS mempunyai peluang untuk berkoalisi dengan partai pemenang pemilu 2024 yakni PDIP. Koalisi inilah yang dianggap dapat menyelamatkan Anies ketika ingin melawan Ridwan Kamil yang didukung koalisi besar pemerintah.

"Tapi keduanya memang berbeda dari sisi ideologi. Namun jika PKS berkoalisi dengan PDIP untuk mengusung Anies, akan menjadi pembelajaran yang sangat baik bagi demokrasi kita saat ini," kata Ibnu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement