Ahad 28 Jul 2024 13:52 WIB

'Sodom dan Gomorrah', Kalangan Kristen Kecam Seremoni Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024 memicu kontroversi di media sosial.

Penyanyi Philippe Katerine di seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024.
Foto:

Dilaporkan AP, penyanyi dan aktor populer asal Prancis, Philippe Katerine, menampilkan “Nu” (naked/telanjang) sebagai bagian dari show yang menggambarkan Dionysys, dewa anggur dan pesta dari mitologi Yunani. Dalam penampilannya, Katerine dicat biru nyaris telanjang, dengan daun dan bunga menutupi beberapa bagian tubuhnya. Banyak warganet mengasosiasikan tampilan Katerine dengan karakter Smurf.

"Lebih dari 1 miliar orang dari seluruh dunia menonton seremoni pembukaan olimpiade. Dan ini yang terbaik bisa diberikan oleh Prancis. Seorang pria tampil sebagai Smurf dikelilingi waria dan seorang wanita gemuk dengan mahkota raksasa," tulis warganet di X.

photo
Penyanyi Philippe Katerine di seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024. - (X/@olympics)

Dikutip dari laman Olympics.com, kreator atau sutradara di balik pentas seni di upacara pembukaan Olimpade 2024 adalah seniman Prancis bernama Thomas Jolly. "Mempercayakan arah artistik dalam seremoni (pembukaan olimpiade) kepada Thomas Jolly adalah sebuah pilihan berani dan konsisten dengan visi kami," ujar Presiden Paris 2024, Tony Estanguet, pada 2022 lalu.

Kepada AP pada awal Juli 2024, Thomas Jolly mengaku pada awalnya sangat terkejut ketika ditunjuk sebagai direktur artistik seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024. Meski, di dunia seni teater Prancis, portofolio Jolly termasuk tiga kali meraih trofi Moliere, penghargaan tertinggi dalam dunia teater di Prancis.

"Saya terkejut awalnya. Saya berpikir bagaimana saya bisa merekreasi sebuah show di mana semua orang bisa merasa terwakili sebagai suatu bangsa yang besar," kata Jolly.

“Saat kita menonton ‘Emily in Paris’ atau ‘Amélie Poulain,’ kita tahu bahwa itu tak cukup menampilkan Paris yang sebenarnya. Kami akan memainkan semua cerita klise itu, tapi kami juga sekaligus akan menantang mereka," kata Jolly melanjutkan.

“Paris juga adalah gejolak anak muda. Beragam budaya saling merangkul di jalan-jalan."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement