REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari mengatakan fenomena cuaca alami El Nino periode 2023 dan 2024 sudah berakhir pada April 2024. Ia mengatakan, sejak Mei 2024 Indonesia memasuki Fase Netral.
"Hingga pertengahan Juli 2024, ENSO masih dalam kondisi Netral," kata Supari dalam pernyataannya, Jumat (26/7/2024).
Supari mengatakan, La Nina diprediksi mulai terjadi pada Agustus 2024. Meskipun, ia menambahkan, berdasarkan berbagai model iklim global yang dirilis oleh beberapa lembaga layanan iklim peluangnya tidak mencapai 80 persen. BMKG memprediksi, La Nina akan berada pada intensitas lemah.
"Dampak yang umum dirasakan oleh Indonesia ketika terjadi La Nina adalah meningkatnya curah hujan bulanan, dapat mencapai 10-40 persen di atas normalnya. Musim kemarau akan sedikit lebih basah dibanding normalnya," kata Supari.
Dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 Juli-1 Agustus 2024, BMKG mengatakan saat ini, wilayah Indonesia khususnya bagian selatan masih berada pada periode musim kemarau, bahkan beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan sudah memasuki puncak musim kemarau.
Sejak tiga hari terakhir, cuaca cerah mendominasi hampir diseluruh pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan bagian selatan. BMKG menjelaskan kondisi ini merupakan hal yang lazim terjadi di bulan Juli mengingat secara umum wilayah Indonesia bagian selatan berada dalam periode puncak musim kemarau.
Meski demikian, dalam sepekan ke depan, terdapat peningkatan potensi hujan di wilayah Indonesia Tengah hingga Timur seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Hal ini dipengaruhi oleh Gelombang Ekuator Rossby yang diprakirakan aktif di wilayah tersebut. Selain itu faktor pemanasan skala lokal memberikan pengaruh cukup signifikan dalam proses pengangkatan massa udara dari pemukaan bumi ke atmosfer.