Rabu 10 Jul 2024 15:21 WIB

Din Syamsuddin Dorong Penguatan Diplomasi Lintas Agama dan Budaya

Penguatan itu dilakukan melalui diplomasi lintas agama dan budaya.

Anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Jakarta (BPH UMJ) Prof Din Syamsuddin mendorong penguatan hubungan antar negara untuk mengatasi konflik global yang mengarah kepada krisis kemanusiaan yang semakin melebar.
Foto: UMJ
Anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Jakarta (BPH UMJ) Prof Din Syamsuddin mendorong penguatan hubungan antar negara untuk mengatasi konflik global yang mengarah kepada krisis kemanusiaan yang semakin melebar.

REPUBLIKA.CO.ID, CIRENDEU -- Anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Jakarta (BPH UMJ) Prof Din Syamsuddin mendorong penguatan hubungan antar negara untuk mengatasi konflik global yang mengarah kepada krisis kemanusiaan yang semakin melebar. Penguatan itu dilakukan melalui diplomasi lintas agama dan budaya. Pernyataan ini ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam pelatihan diplomasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah di Training Center, UMJ, Selasa (9/7/2024).

Menurutnya, diplomasi lintas agama dan budaya belum menyasar kepada penguatan hubungan antarnegara. Namun, penguatan tersebut justru hanya terjadi antara pemeluk agama antarnegara.

Baca Juga

“Saya tidak melihat prakarsa, misal dari kalangan agamawan bahwa kita berkelompok untuk memperkuat hubungan antar bangsa, kecuali mengenalkan budaya dan mendekatkan hubungan personal saja,” ungkap Din Syamsuddin melalui keterangan tertulis, Rabu (10/7/2024).

Hal itu, ia lihat dalam konteks diplomasi agama dan budaya dalam pendekatan interfaith dialogue yaitu mengacu pada interaksi yang kooperatif, dan positif antara orang orang yang berbeda tradisi melalui pendekatan personal, komunitas, agama, dan kebudayaan. Pendekatan itu dilakukan dengan mengadakan mengundang berbagai tokoh lintas agama dan budaya dalam satu forum untuk membahas isu perdamaian dan diplomasi.

Ia menyampaikan bahwa strategi ini kerap digunakan oleh berbagai negara, terlebih lagi organisasi masyarakat karena mengedepankan soft diplomacy dengan pendekatan yang lebih personal. Pendekatan ini lebih dipilih karena mengutamakan diplomasi menggunakan hubungan relasi agama dan budaya.

Ia mengungkapkan, umat Islam di Indonesia punya potensi besar dalam diplomasi perdamaian dan kemanusiaan internasional, mendampingi peran strategis pemerintah melalui pendekatan tersebut.

Potensi yang dimaksud berupa jaringan pertemanan global, menyebarkan nilai-nilai Islam moderat, serta konsep relasi agama-negara yang dapat menjadi kunci penting dalam komunikasi diplomasi kemanusiaan global.

Kendati memang pada konteks ini Muhammadiyah sudah banyak berperan aktif dalam diplomasi kemanusiaan melalui strategi diplomasi lintas agama dan budaya menggunakan jaringan pertemanan global.

Salah satu contohnya, World Peace Forum maupun dialog kemanusiaan di level internasional dengan menjadi utusan penting dalam membantu perdamaian di Thailand Selatan dan Filipina Selatan. Melalui forum pelatihan diplomasi, Dewan Pakar LHKI PP Muhammadiyah ini mengajak para kader Muhammadiyah terus berperan aktif dalam memperkuat hubungan antar negara melalui diplomasi lintas budaya dan agama.

Kerja-kerja diplomasi di level global penting untuk mendorong peradaban yang lebih manusiawi. “Saya mengapresiasi forum pelatihan ini karena untuk mewujudkan tatanan tersebut. Muhammadiyah memerlukan dukungan dari para kader yang memiliki pengetahuan diplomasi,” ucapnya.

Pelatihan Diplomasi ini berlangsung dua hari, Senin hingga Selasa di Training Center UMJ (7-8/07/2024). Pelatihan ini menghadirkan pemateri dari berbagai latar belakang di antaranya mantan duta besar, akademisi, serta praktisi.

Peserta yang berjumlah 60 orang ini antusias mengikuti rangkaian pelatihan. Mereka adalah kader Muhammadiyah yang berasal dari berbagai latar belakang yaitu akademisi dan praktisi.

Pada usianya yang ke-68 tahun Universitas Muhammadiyah Jakarta mendapatkan Akreditas Unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi pada 5 Maret 2024. Di tahun ini, UMJ yang menjadi kampus tertua diantara 163 PTMA, telah memiliki 16 Prodi dengan akreditasi Unggul, 2 Prodi dengan akreditas A, dan memiliki jumlah dosen bergelar Doktor 238, serta yang sedang studi lanjut ke jenjang S3 sejumlah 92 orang.

Dengan akreditasi unggul, UMJ sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) tertua, UMJ dapat meningkatkan profesionalitas dan produktivitas serta penguatan budaya ilmiah unggul berdasarkan Al Islam Kemuhammadiyahan. UMJ telah melahirkan tidak kurang dari 51.093 alumni yang tersebar dan berkpirah dalam berbagai bidang dan telah memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement