Jumat 14 Jun 2024 21:07 WIB

Sungai Ciliwung Jadi Cermin Cara Pengelolaan Persampahan

Timbulan sampah kronis sudah terjadi di berbagai provinsi dan kabupaten.kota.

Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengangkut sampah di aliran Sungai Ciliwung, Jakarta, Ahad (19/11/2023)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengangkut sampah di aliran Sungai Ciliwung, Jakarta, Ahad (19/11/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timbulan sampah kronis di berbagai provinsi dan kabupaten/kota, bisa memicu bencana ,seperti longsoran sampah, pencemaran leachate, pencemaran udara, bau busuk, ledakan gas metan dengan dampak fatalistik sebagaimana terjadi di Leuwigajah pada 2005 dengan 157 korban jiwa. Pun pada 2023, ada 33 tempat pembuangan akhir (TPA) di berbagai kota/kabupaten yang mengalami insiden kebakaran.

Selama ini, sampah selain mengganggu estetika dan higienitas karena bertebaran di pinggir sawah, di sungai, danau, pesisir, laut, jalan raya, tegalan, hutan, juga berpotensi memicu bencana jika tidak ditangani dengan baik. Mengurangi timbulan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti merancang dan merencanakan proses industrialisasi produk.

"Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim," kata ahli pengelolaan kualitas udara Esrom Hamonangan dikutip di Jakarta, Jumat (14/6/2024).

Ketua Harian Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC), Amalia S Bendang menyampaikan, sebagai salah satu mitra pelaksana Audit Sampah Sungai Ciliwung 2023, pihaknya menemukan berbagai sampah di sungai terbesar di Ibu Kota tersebut. Ciliwung seolah menjadi tempat pembuangan berbagai jenis sampah.

"Ciliwung telah menjadi bejana sampah yang unik. Timbulan sampah di badan sungai menjadi cermin cara pengelolaan persampahan kita. Produsen, retail, horeka (hotel, restoran, dan kafe) masih belum sungguh-sungguh menjalankan upaya pengurangan sampah sesuai amanat regulasi," ucap Amalia.

Dari total 32.364 sampah yang berhasil dipilah dari enam titik sampling Sungai Ciliwung, terdapat 10 jenis sampah yang ditemukan di lapanga. Adapun tujuh sampah di antaranya adalah material polimer termasuk kain, karet, kayu, kertas, logam, plastik, serta gabus.

Sampah plastik paling banyak ditemukan di berbagai titik dalam bentuk kantong kresek baik secara utuh maupun serpihan dengan akumulasi mencapai 19.466 buah atau sekitar 67,88 persen dari keseluruhan sampah dikumpulkan dan dipilah. Posisi itu disusul bentuk sampah bungkus dan saset plastik yang berhasil dipilah masing-masing 3.974 dan 3.324 buah atau sekitar 13 persen dan 11 persen dari total akumulasi sampah keseluruhan.

"Sebagian besar perusahaan belum mematuhi ketentuan penyusunan road map pengurangan sampah," ucap founder NZWMC, Ahmad Safrudin. Menurut dia, perusahaan manufaktur, retail, dan horeka sudah dimandatkan menyusun road map pengurangan sampah sebagaimana yang diatur PermenLHK Nomor 75 Tahun 2019. Demikian halnya provinsi dan kabupaten/kota juga belum menyusun rencana aksi penanganan sampah yang selaras dengan aksi pengurangan sampah.

Pada level reduksi sampah melalui peran industri, Safrudin menegaskan, otoritas pemerintah pusat punya peran strategis. Dia menyebut, banyak izin proses produksi industri dengan kemasan yang berpotensi menjadi limbah menjadi kewenangan mereka. "Untuk itu perlunya pentaatan hukum secara ketat (strict liability) agar masalah sampah diaati bersama," kata Safrudin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement