Kamis 23 May 2024 13:32 WIB

Produsen Kopi Lokal Harus Percaya Diri Tembus Pasar Dunia

Produsen kopi lokal punya banyak potensi tembus pasar luar negeri.

Pekerja mengolah biji kopi robusta secara tradisional di Ie Masen Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (1/11/2023). Pengolahan kopi robusta secara manual atau tradisional masih diminati konsumen dan dijual seharga Rp90.000 per kilogram.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Pekerja mengolah biji kopi robusta secara tradisional di Ie Masen Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (1/11/2023). Pengolahan kopi robusta secara manual atau tradisional masih diminati konsumen dan dijual seharga Rp90.000 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen biji kopi lokal mesti semakin percaya diri (pede) melakukan ekspansi pasar mancanegara, menurut Co-Founder dan CEO perusahaan rintisan ritel kopi Indonesia, Fore Coffee, Vico Lomar.

Biji kopi (bean) Indonesia seperti Aceh Gayo dan Mandailing Sumatera pernah dia lihat dicantumkan pada menu kedai kopi di Korea Selatan maupun Singapura.

Baca Juga

"Brand-brand itu membawa bean dari Indonesia seperti Aceh Gayo dibawa Korea dan (Mandailing) Sumatera dibawa ke Singapura oleh brand kopi China. Seharusnya itu menjadi satu momen buat Indonesia," kata Vico saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Rabu.

Bukan mustahil bagi perusahaan rintisan ritel-ritel kopi asal Indonesia untuk membuka cabang kedainya di luar negeri, dan untuk itu Vico optimistis Fore Coffee mampu melakukannya.

Namun, menjalin kemitraan dengan produsen biji kopi lokal unggulan bukan suatu hal yang mudah dilakukan.

Karena setiap waktu tertentu, perusahaan mesti rajin mengeksplorasi berbagai tempat untuk menemukan produsen yang siap menyesuaikan dengan target mereka, tentu itu memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.

Kadang kala ketika eksplorasi berlangsung, produsen yang siap malah telanjur memilih agen untuk menampung biji-biji kopi premiumnya dengan harga relatif lebih murah, namun mereka terbantu karena bisa lebih cepat dan mudah menjualnya.

"Dari mereka (produsen) juga mungkin banyak hambatannya, seperti pendukung, akses, maupun edukasi tentang cara menjual biji kopinya ke luar negeri supaya dapat yang bagus (untung). Padahal produknya sudah bagus tapi di Indonesia sendiri kok sepertinya produk yang bagus ini dihargai rendah (undervalued)," kata Vico.​​​​​

Untuk membawa perubahan terhadap hal-hal esensial, mengembangkan potensi yang ada, serta melawan keterbatasan melalui segelas kopi, Fore Coffee mencanangkan kampanye #Forevolution.

Dalam kampanye itu, Fore Coffee menciptakan sebuah platform untuk mengapresiasi delapan individu yang memiliki misi sama melalui Fore Essentials Icon.

Para individu itu memiliki nilai otentisitas dan semangat memainkan perubahan dalam pemberdayaan, memberikan dampak, dan me-revolusi keadaan dalam bidangnya masing-masing.

Kedelapan ikon minuman Fore tersebut ialah Cathy Sharon, seorang wanita berdikari serta filantropis, mewakili varian minuman Buttercream Series. 

Kemudian kreator konten hiburan Kristo Immanuel, untuk varian minuman Aren Latte. Shayla Philipa, barista wanita profesional pemenang penghargaan internasional, dengan varian minuman Latte.

Selanjutnya, aktor dan penyuka olah raga Dion Wiyoko, merepresentasikan varian minuman Americano Series. Ayu Gani, seorang model internasional, untuk varian minuman Cafe Malt Latte.

Lalu desainer busana Jenahara, dengan varian minuman Pandan Latte. Jerhemy Owen, seorang kreator konten keberlanjutan lingkungan, mewakili varian minuman Butterscotch Sea Salt Latte.

Terakhir koki Yuda Bustara, yang mewakili varian minuman Caramel Praline Macchiato.

"Kedelapan ikon minuman Fore Coffee itu diharapkan membuat langkah nyata dalam mewujudkan misi kami. Kami juga mengundang masyarakat Indonesia untuk turut ambil bagian dalam misi Fore Coffee memperkenalkan potensi segelas kopi Indonesia ke mancanegara," kata Vico.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement