Ahad 12 May 2024 16:50 WIB

KNKT Minta Publik dan Sekolah Buat Rencana Perjalanan yang Baik

Jangan memaksa pengemudi untuk menyetir lebih dari 12 jam.

Unit Gakkum Satlantas Polres Subang, Korlantas Polri bersama KNKT melakukan pemeriksaan bangkai kendaraan bus Trans Putera Fajar di Terminal Subang, Ahad (12/5/2024). Mobil tersebut terguling di Jalan Raya Ciater Subang mengakibatkan 11 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka berat dan ringan.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Unit Gakkum Satlantas Polres Subang, Korlantas Polri bersama KNKT melakukan pemeriksaan bangkai kendaraan bus Trans Putera Fajar di Terminal Subang, Ahad (12/5/2024). Mobil tersebut terguling di Jalan Raya Ciater Subang mengakibatkan 11 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka berat dan ringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) meminta kepada masyarakat atau sekolah, membuat rencana perjalanan wisata yang baik dan bijak. Hal ini diperlukan, agar pengemudi bus wisata dapat beristirahat cukup.

Dengan begitu, peristiwa kecelakaan bus pariwisata yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat, tidak terulang kembali. "Buatlah atau susun rencana perjalanan wisata (travel itinerary) yang baik dan bijak. Jangan memacu pengemudi bus wisata untuk berkendara sepanjang hari sepanjang malam," kata Investigator Senior KNKT Ahmad Wildan, di Jakarta, Ahad, (12/5/2024). 

Baca Juga

Kemudian, lanjutnya, jangan memaksa pengemudi untuk menyetir lebih dari 12 jam. Setelah berkendara selama 12 jam, pengemudi harus diizinkan untuk beristirahat dan kemudian besoknya pengemudi dapat melanjutkan kembali perjalanan.

"Jangan sampai kita membuat rencana perjalanan siang berwisata dan malamnya dipaksa untuk melakukan perjalanan, ini tidak boleh. Malam hari pengemudi bus wisata harus beristirahat atau tidur," katanya.

Penyewa baik masyarakat umum ataupun pihak sekolah juga jangan lupa untuk menyediakan tempat tidur atau istirahat yang layak bagi pengemudi bus wisata. Siapkan ruangan atau kamar bagi pengemudi untuk beristirahat.

"Jangan biarkan pengemudi tidur di dalam bus atau kendaraan, hal ini nantinya dapat memicu kelelahan bagi pengemudi sehingga akan berisiko pada keselamatan para penumpang," kata Ahmad. 

Menurut dia, salah satu risiko kecelakaan yang dapat terjadi pada bus wisata adalah sopir bus wisata mengalami kelelahan akibat terlalu lama berkendara. Kelelahan yang dialami pengemudi dikarenakan selama berhari-hari pengemudi terus-menerus mengendarai bus wisata.

"Penyewa atau pengguna jasa bus wisata tidak menyusun jadwal perjalanan dengan baik. Maunya penyewa mereka bayar bus wisata selama tiga dan banyak-banyakin obyek wisata. Mereka lupa bahwa bus wisata yang mereka sewa dibawa oleh seorang pengemudi yang harus membutuhkan istirahat cukup," katanya.

Sebagai informasi, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol. Aan Suhanan menyatakan bahwa hasil sementara dari olah tempat kejadian perkara (TKP) tidak menemukan jejak rem di lokasi kecelakaan bus terguling di Jalan Raya Kampung Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Aan menduga, kecelakaan bus tersebut diakibatkan oleh kegagalan pada fungsi rem dari bus tersebut. Sehingga oleng ke kanan hingga menabrak kendaraan mobil dari arah berlawanan.

Menurut dia, tidak adanya jejak rem bus yang terguling tersebut harus diselidiki lebih lanjut. Selain rem blong, ada kemungkinan pengemudi juga panik saat peristiwa maut itu terjadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement