REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta turut menggelar Aksi Bela Palestina dan Kutuk Israel di Gedung Siti Moendjijah, Kampus Terpadu Unisa Yogyakarta, Sleman, DIY, Selasa (7/5/2024). Aksi damai tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Wakil Rektor 3 Unisa Yogyakarta, Mufdhillah mengatakan, Palestina terus menderita akibat agresi dan serangan militer yang tak proporsional dari Israel. Bahkan, korban yang terbunuh telah mencapai hampir 35 ribu orang, dan terluka mencapai lebih dari 77.867 orang. “Yang sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak,” kata Mufdhillah, Selasa.
Mufdhillah menyebut bahwa saat ini sebagian besar jalur Gaza telah menjadi puing-puing. Bahkan, pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan ke Palestina diawasi dan dibatasi secara ketat oleh tentara Israel. “Sehingga kelaparan menjadi pemandangan yang sangat memilukan,” jelasnya.
Dalam aksi tersebut, Unisa Yogya juga menyampaikan delapan poin pernyataan sikap untuk mendukung Palestina. Poin pertama, Unisa Yogya mengutuk keras agresi Israel dan mengecam keras agresi dan serangan militer yang tidak proporsional.
“(Termasuk mengecam) Penangkapan massal terhadap warga sipil Palestina, perusakan fasilitas umum, terutama fasilitas kesehatan, dan blokade bantuan kemanusiaan,” ungkapnya.
Kedua, Unisa Yogya mengecam dukungan negara-negara seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jerman, dan pihak lain yang terus memberikan dukungan dan bantuan kepada Israel dalam agresi terhadap Palestina. Ketiga, pihaknya meminta intervensi PBB untuk memaksa dan memfasilitasi perundingan, serta gencatan senjata antara Israel dan Palestina.
“Keempat, universitas ini mendukung upaya Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) untuk mengadili Benjamin Netanyahu dan tokoh-tokoh Israel lainnya yang terlibat dalam genosida terhadap warga Palestina,” jelasnya.
Kelima, Unisa Yogya juga mengecam sikap lemah Organisasi Kerjasama Islam, Rabithah Alam Islami, dan negara-negara Arab yang cenderung membiarkan Israel melakukan penyerangan dan pembunuhan terhadap Palestina. Poin keenam, Unisa meminta pemerintah Indonesia untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan negara agresor dan pelaku genosida, yaitu Israel.
Selanjutnya, berdasarkan hak asasi manusia dan konstitusi RI, Unisa Yogyakarta juga meminta penguatan diplomasi dengan negara-negara lain untuk mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Dari aksi ini, Unisa Yogyakarta juga meminta masyarakat Indonesia untuk terus memberikan perhatian serius terkait konflik Israel dan Palestina.
“Aksi ini mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk terus memberikan perhatian serius terhadap konflik Israel dan Palestina, serta memberikan bantuan moral, material, dan spiritual bagi perjuangan rakyat Palestina,” ucap Mufdhillah.