REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) tidak hanya membuka program studi bidang ilmu keislaman, tapi juga membuka program studi rumpun ilmu umum, baik sosial maupun eksakta.
Berdasarkan data pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) pada tahun 2023 terdapat 4.523 perguruan tinggi di Indonesia. Dari jumlah itu, PTKI menyumbang angka sebesar 847 perguruan, di antaranya 59 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan 788 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS).
Lantas, apa saja yang perlu disiapkan oleh siswa dan siswi yang ingin masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam?
Pengamat Pendidikan Islam Jejen Musfah menyampaikan dalam rangka mempersiapkan diri untuk masuk PTKI, alangkah lebih baiknya jika siswa dan siswi di bangku sekolah mulai mempelajari bahasa Arab dan pengetahuan agama. Di samping itu, kuasai keterampilan semangat belajar jika berniat masuk PTKI.
"Siswa dan siswi juga mulai pelajari dan utamakan adab pencari ilmu, misalnya sikap sabar, sikap patuh dan sikap hormat terhadap dosen (guru)," kata Jejen kepada Republika, Jumat (19/4/2024).
Jejen juga mengingatkan agar siswa dan siswi yang masih duduk di bangku sekolah, jika ingin masuk PTKI maka pelajari soal-soal ujian masuk PTKI. Menurut dia, siswa dan siswi bisa memilih program studi (prodi) agama apa yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Selanjutnya pelajari profil setiap program studi yang diminati itu. Untuk melakukan itu bisa melalui pencarian di internet dan mencari dari sumber-sumber lainnya.
"Siswa dan siswi juga bisa ikuti bimbingan belajar ujian atau belajar mandiri tentang soal soal ujian (masuk PTKI) dari tahun-tahun sebelumnya yang dijual atau dari aneka sumber," ujar Jejen.
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan ada sembilan PTKIN dengan akreditasi institusi unggul. Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kemenag Prof Ahmad Zainul Hamdi yang akrab disapa Ahmad Inung menyampaikan, di Kemenag sebetulnya tidak pernah membuat peringkat PTKIN terbaik karena peringkat biasanya dibuat oleh lembaga yang membuat rangking. Kemenag pendekatannya lebih kepada capaian akreditasi. Sebab, key performance indicator (KPI) Diktis adalah tentang akreditasi.
"Sekarang ada sembilan PTKIN dengan akreditasi institusi unggul, itu masuk jajaran (perguruan tinggi) top nasional," kata Prof Ahmad Inung, Rabu (21/2/2024)
Prof Ahmad Inung menjelaskan, sembilan PTKIN itu di antaranya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Walisongo Semarang, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Alauddin Makassar, UIN Raden Fatah Palembang, dan UIN Ar-Raniry Aceh.
Ia menjelaskan, kategori akreditasi institusi unggul itu memang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Selama ini kalau mau melakukan akreditasi, baik akreditasi program studi (prodi) atau akreditasi perguruan tinggi, itu lembaga resmi yang melakukan akreditasinya yakni BAN-PT.
Memang ada juga beberapa lembaga akreditasi mandiri, tapi itu hanya mengurus akreditasi prodi saja. Kalau akreditasi institusinya sampai saat ini yang resmi dilakukan oleh BAN-PT.
"Jadi banyak prodi yang akreditasinya A (di PTKIN itu), karena untuk mendapatkan akreditasi institusi unggul, syaratnya 50 persen lebih prodi harus terakreditasi unggul," ujar Prof Ahmad Inung.
Prof Ahmad Inung menyampaikan, sekarang di bawah Kemenag ada sembilan UIN dengan akreditasi unggul. Artinya sembilan UIN itu memiliki prodi yang 50 persen lebih terakreditasi unggul.
Prof Ahmad Inung menegaskan, di semua PTKIN yang jumlahnya 59, tidak ada yang terakreditasi C, semuanya terakreditasi B dan A.
"Jadi seluruh PTKIN yang ada di bawah Kementerian Agama masuk dalam kategori perguruan tinggi negeri yang yang menjanjikan, yang bermutu dan berkualitas secara nasional," jelasnya.