Ahad 07 Apr 2024 05:47 WIB

Ramadhan dan Perayaan Kebahagiaan

Ukuran kebahagiaan antara tiap manusia tidak mudah diukur dan bisa berubah-ubah.

Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Foto:

Tiga Langkah Menuju Kemanfaatan

Adapun langkah nyata untuk merayakan kebahagiaan bisa dengan bermacam cara. Yang terpenting adalah tidak melanggar aturan syara'. Salah satu cara nyata menunjukan kemanfaatan adalah dengan perkataan yang menyenangkan, bisa dengan sikap rendah hati, tidak merasa yang paling mulia sendiri, menghormati hak-hak orang lain, memberikan sesuatu, memberikan senyuman dan sebagainya.

Dalam Ramadhan kali ini, kita bisa mulai mewujudkan langkah nyata dengan menjadi pribadi yang mampu menggembirakan orang lain. Cara ini sendiri pada dasarnya merupakan salah satu amalan yang menjadi sarana untuk bisa dicintai atau disukai Allah SWT.

Adapun tiga langkah yang nyata dalam kerangka menyenangkan saudara seiman, juga sesama di sekitar kita adalah minimal dengan melakukan tiga hal, yaitu :

Pertama, membantu menunaikan Ziswaf dan mendoakannya. Bagi seorang muslim yang mampu secara harta, sudah menjadi kewajiban mereka untuk menunaikan zakat, infak, sedekah dan wakaf. Namun terkadang, sejumlah calon muzaki (orang yang memiliki kemampuan untuk berzakat) kesulitan dalam menunaikan zakat atas hartanya.

Ditambah lagi, kadang tidak tahu harus ke mana ia akan berzakat. Hal ini ditambah seringkali muncul isu-isu negatif soal lembaga zakat yang ada.

Di sinilah kita memainkan peran dengan baik. Pada dasarnya, tak perlu harus menjadi amil zakat, apalagi bersertifikat standar layaknya seorang amil profesional. Yang kita harus lakukan sederhana saja, pertemukan mereka dengan para amil profesional yang legal dan terpercaya. Nah, lalu kita juga bisa ikut mendoakan mereka atas harta yang mereka keluarkan agar mendapatkan keberkahan hidup dunia dan akhirat.

Kita dorong, agar orang-orang baik ini, dan juga penuh kepedulian seperti mereka agar hidupnya semakin mulia. Rasulullah SAW pernah ditanya, sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab : “Yaitu sedekah di Ramadhan” (HR Tirmidzi)

Ketika orang-orang yang kita bantu dan edukasi ini bisa bersedekah, semoga mereka dan kita semua mendapat kebaikan dari apa yang kita berikan. Allah SWT berfirman: "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Mahamengetahui" (QS. Al Baqarah: 261)

Dengan berbagi rezeki melalui sedekah juga, Allah SWT akan mendatangkan beribu balasan kebaikan dan limpahan rahmat kepada hamba-Nya. Tidak akan habis harta kita yang disedekahkan kepada orang lain, justru akan bertambah lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi serta kebaikan lain juga akan didapatkan.

Kedua, membuat program-progam sosial dan dakwah di bulan Ramadhan. Ramadhan memang bulan ibadah. Ia juga bulan mulia nan agung, tetapi menjalaninya tetap saja diperlukan pengelolaan diri yang baik. Dibutuhkan kemampuan terbaik untuk menjaga keseimbangan dalam beribadah dan melakukan aktivitas sosial di bulan ini.

Dengan tetap melaksanakan ibadah-ibadah mahdhoh di bulan Ramadhan, aspek keluarga juga sosial kemasyarakatan tak perlu ditinggalkan. Jalani semua secara harmoni dan proporsional. Rasulullah SAW senantiasa menjaga keseimbangan, walaupun beliau khusu’ dalam beribadah di bulan Ramadhan, tetapi tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga, juga urusan sosial keumatan. Kita tetap juga mengulurkan bantuan dan kepedulian pada sesama atau masyarakat di sekitar kita yang membutuhkan bantuan sesuai kemampuan yang kita miliki.

Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya” (Muttafaq ‘alaih).

Dan salah satu bentuk sedekah yang dianjurkan adalah selama Ramadhan adalah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut" (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Ketiga, membuat program-program sosial dan dakwah secara berkesinambungan. Kemiskinan dan persoalan umat Islam tak hanya ada di bulan Ramadhan. Dengan begitu, kepedulian dan daya dorong perubahan masyarakat  untuk terus membantu dan peduli pada sesama harus dirawat dengan baik.

Perawatan ini secara konsisten harus kita lakukan di sepanjang tahun paska Ramadhan. Hal ini, agar nanti umat terus saling terhubung dan effect kemanfaatan yang ada justru kian besar seiring bertambahnya waktu. Ketika pada akhirnya bertemu kembali dengan Ramadhan, secara otomatis, kesadaran untuk berkolaborasi membantu dan pesudi dengan sesama semakin besar dan bermanfaat nyata.

Dengan kemampuan menjaga kesinambungan seperti ini pada Ramadhan tahun berikutnya, kita tinggal memperluasnya dan menguatkan apa yang sudah kita lakukan, termasuk mengkomunikasikan kembali sejumlah persoalan umat yang masih menjadi hambatan kemajuan dan kesejahteraan umat.

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang memudahkan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

Untuk merealisasikan tiga hal di atas, maka marilah kita bersemangat mengumpulkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf serta dana sosial lainnya dengan semangat dan gembira. Karena dana yang kita kumpulkan akan menjadi salah satu sarana kita untuk menggembirakan saudara-saudara kita lainnya yang membutuhkan.

Berusaha mencapai target yang telah ditetapkan bersama dengan membuka pintu-pintu masuk pengumpulan dana melalui lembaga-lembaga pengelola Ziswaf yang legal dan terpercaya. Semoga Allah SWT memudahkan langkah kita, dan kita termasuk hamba-hamba Allah yang dicintai dan disukai-Nya karena berusaha menggembirakan saudara kita sesama mukmin. Semoga bermanfaat.

Wallahu'alam.

*). Di "wrapping" dari berbagai sumber

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement