Jumat 15 Mar 2024 23:00 WIB

Warga Aceh Diminta tidak Bakar Lahan Saat Cuaca Terik

Cuaca panas pada pagi hingga siang hari masih akan terjadi hingga dua hari mendatang.

Warga berjalan di halaman Masjid Raya Baiturrahman saat menunggu waktu untuk berbuka puasa (ngabuburit) di Banda Aceh, Aceh, Selasa (12/3/2024). Masjid Raya yang dibangun tahun 1612 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda itu menjadi pilihan warga untuk ngabuburit.
Foto: ANTARA FOTO /Irwansyah Putra
Warga berjalan di halaman Masjid Raya Baiturrahman saat menunggu waktu untuk berbuka puasa (ngabuburit) di Banda Aceh, Aceh, Selasa (12/3/2024). Masjid Raya yang dibangun tahun 1612 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda itu menjadi pilihan warga untuk ngabuburit.

REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada masyarakat di wilayah pantai barat selatan Aceh tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan saat cuaca terik seperti saat ini.

“Pada saat cuaca panas seperti ini dapat berpotensi terjadinya kebakaran hutan apabila masyarakat tidak memperhatikan cara penggunaan api dengan tepat,” kata Prakirawan Stasiun BMKG Meulaboh-Nagan Raya, Almira Aprilianti, Jumat (15/3/2024).   

Baca Juga

Adapun hal yang harus dihindari oleh masyarakat, di antaranya tidak melakukan aktivitas pembukaan lahan dengan cara dibakar dan tidak membuang puntung rokok sembarangan. Almira mengatakan faktor cuaca panas saat ini juga dapat mengganggu masyarakat Muslim di Aceh yang saat ini sedang melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.

Ia menyebutkan, tingginya suhu udara yang terjadi selama beberapa hari ini terutama pada siang hari, diakibatkan karena faktor lokal dan juga sinoptik.

Sinoptik adalah pengamatan Meteorologi Permukaan yang dilaksanakan secara serempak di seluruh dunia pada jam yang sudah ditetapkan secara konvensional berdasarkan standar waktu internasional. Pengamatan ini adalah penilaian terhadap keadaan udara yang dilakukan di suatu tempat di permukaan bumi.

Almira menyebutkan, tingginya kecepatan angin permukaan di wilayah Aceh bagian Barat hingga Selatan menyebabkan tidak adanya awan yang terbentuk sehingga panas matahari yang masuk ke Bumi langsung sampai ke permukaan.

Selain itu, berdasarkan peta angin lapisan 3.000 feet terlihat bahwa adanya pola angin divergen di daerah Sumatera bagian Utara termasuk wilayah Aceh, yang menyebabkan tekanan udara tinggi sehingga pada wilayah tersebut jarang terjadi awan-awan konvektif penyebab terjadinya hujan.

“Prakiraan cuaca panas pada pagi hingga siang hari masih akan terjadi hingga dua hari ke depan,” kata Almira.

BMKG juga mengimbau masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan api, karena pada saat cuaca cerah seperti ini api mudah terbakar dan dapat membahayakan lingkungan.

“Selanjutnya juga panas matahari pada siang hari juga dapat membahayakan kulit apabila tidak menggunakan krim siang atau sunscreen,” katanya.

Selain melarang warga untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar, BMKG juga mengimbau masyarakat menghindari keluar rumah apabila tidak mempunyai kepentingan pada siang hari. Panas matahari yang langsung terkena kulit dapat membahayakan kulit dan membuat kulit terbakar.

“Kami mengimbau kepada masyarakat terutama yang saat ini sedang menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan, terutama pada saat cuaca panas seperti ini untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, khususnya pada siang hari, agar tidak terlalu merasakan suhu panas yang dapat mengganggu jalannya ibadah puasa,” kata Almira.

BMKG juga mengimbau masyarakat yang beraktivitas di ladang perkebunan agar untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan api, karena pada saat cuaca panas seperti ini dapat membahayakan lingkungan yang dapat menyebabkan kebakaran lahan.

“Masyarakat juga diimbau menggunakan krim pelindung sinar matahari apabila beraktivitas di luar ruangan agar tidak membahayakan kulit,” kata Almira.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement