Jumat 15 Mar 2024 16:56 WIB

Cuaca Ekstrem di Jateng, BNPB Siapkan Operasi TMC Jilid 2

Operasi TMC dilakukan untuk penanganan banjir besar di Demak sebulan lalu

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Polis mengatur lalu lintas kendaraan yang macet akibat banjir yang merendam jalur pantura di Jalan Kaligawe Raya, Semarang, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Polis mengatur lalu lintas kendaraan yang macet akibat banjir yang merendam jalur pantura di Jalan Kaligawe Raya, Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangam Bencana (BNPB) akan melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) jilid dua sebagai respons cepat rentetan kejadian bencana hidrometeorologi di sepanjang Pantai Utara Jawa Tengah. Sebelumnya operasi TMC dilakukan untuk penanganan banjir besar di Demak pada satu bulan yang lalu demi mengurangi tingkat curah hujan di wilayah hulu maupun hilir.

“Bapak Kepala BNPB telah berkoordinasi dengan Ibu Kepala BMKG. Pada dasarnya dengan melihat potensi prakiraan cuaca dan masifnya dampak bencana, maka diputuskan akan dilaksanakan TMC di area Pantura Jawa Tengah,” jelas Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat (DSDD) BNPB Agus Riyanto, Jumat (15/2/2024).

Dia mengatakan, BNPB telah berkoordinasi dengan BMKG serta lintas kementerian/lembaga lainnya. Dari hasil koordinasi itu maka diputuskan untuk kembali melakukan operasi TMC yang rencananya akan dimulai besok Sabtu (16/3/2024) hingga Rabu (20/3/2024) mendatang.

Agus menambahkan, operasi TMC ini akan dilakukan pada cakupan area yang lebih luas dari operasi yang pertama. Hal itu dilakukan dengan melihat area terdampak bencana yang lebih besar dan adanya potensi risiko yang lebih masif.

“Areanya kita perluas. Karena ini dampaknya lebih besar dari yang kemarin. Mencakup Pekalongan, Grobogan, Demak juga,” jelas Agus.

Adapun tantangan yang ada di depan mata dalam penanganan banjir, khususnya di Semarang Raya ini adalah selain kiriman dari hulu, wilayah perairan Laut Jawa di utara Kota Semarang juga mengalami kenaikan muka air laut yang dapat memicu gelombang tinggi.

Namun Agus optimis dengan segala ikhtiar yang dilakukan oleh seluruh pihak, maka penanganan bencana hidrometeorologi ini dapat segera diatasi dengan baik dan sesegera mungkin.

“Tantangannya adalah air dari hulu terus datang, namun air lautnya juga naik dan gelombang pasang. Ini yang harus kita antisipasi,” kata Agus.

Sejumlah wilayah kabupaten/kota di Pantai Utara (Pantura) Jawa bagian tengah terdampak bencana hidrometeorologi basah akibat cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem tersebut sebelumnya sudah termonitor dari satelit klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Cuaca ekstrem yang ditandai dengan intensitas curah hujan tinggi disertai petir dan angin kencang sebelumnya termonitor dari satelit klimatologi BMKG sejak kemarin Rabu," jelas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari lewat siaran pers, Jumat (15/3/2024).

Dia menjelaskan, konsentrasi awan yang memicu cuaca ekstrem itu ditandai dengan adanya warna merah-oranye pada peta satelit di sepanjang garis pantai mulai dari Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Grobogan.

Hasil akumulasi data yang dihimpun tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Jumat (15/3/2024), sejumlah wilayah kabupaten/kota telah melaporkan kejadian bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, angin kencang dan tanah longsor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement