Kamis 15 Feb 2024 13:42 WIB

Soal Dirty Vote, Ini Tanggapan Ketum Muhammadiyah

Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebut film Dirty Vote harus dicerna dengan baik.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Bilal Ramadhan
Ketum PP Muhammadiyah, Prof Dr. Haedar Nashir. Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebut film Dirty Vote harus dicerna dengan baik.
Foto: republika
Ketum PP Muhammadiyah, Prof Dr. Haedar Nashir. Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebut film Dirty Vote harus dicerna dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menanggapi terkait film dokumenter 'Dirty Vote'. Film tersebut menjadi perhatian banyak pihak, yang dirilis menjelang pemungutan suara pada Pemilu 2024.

Haedar mengatakan agar apa yang ditampilkan dalam film tersebut untuk dicerna dengan baik oleh seluruh pihak. Bahkan, ditekankan Haedar agar apa yang disuguhkan dalam film itu tidak diterima dengan mutlak bahwa itu benar maupun sebaliknya.

Baca Juga

"Film, opini, tulisan, sebaran-sebaran informasi, semuanya harus dicerna, dan jangan diterima secara mutlak bahwa itu benar atau sebaliknya bahwa itu salah," kata Haedar, Rabu (14/2/2024).

Haedar menuturkan bahwa bangsa yang cerdas yakni bangsa yang pandai memilih informasi secara kritis dan bertanggung jawab. Untuk itu, diharapkan agar film maupun opini, hingga bentuk informasi lainnya agar tidak dijadikan sebagai satu-satunya rujukan.

"Jangan jadikan satu-satunya rujukan karena begitu banyak informasi dalam berbagai narasi, dalam berbagai pernyataan, dan opini, maka semuanya kita harapkan sebagai bagian dari proses berdemokrasi," ucap Haedar.

Haedar tidak menampik bahwa kemunculan berbagai informasi dapat menimbulkan sikap saling curiga hingga dapat memunculkan keretakan di tubuh bangsa, terlebih disaat proses Pemilu 2024 masih berlangsung. Untuk itu, apapun bentuk informasi yang muncul di masyarakat diharapkan agar dapat dicerna dengan cerdas dan kritis.

"Jangan karena satu dan dua informasi, narasi, dan opini kemudian kita lalu memunculkan sikap saling curiga, saling menjudge, saling berprasangka buruk, bahkan juga membuat kita retak sebagai bangsa," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement