REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Setelah Wayangan Ruwatan pertama kalinya di Ibu Kota Nusantara, rombongan Daulat Budaya Nusantara sampai di Yogyakarta, Sabtu 3 Februari 2024.
Gus Benny, salah satu inisiator Daulat Budaya Nusantara ngopi bareng ngaji budaya di Pondok Pesantren Budaya Kaliopak Yogyakarta, asuhan Kyai Jadul Maula.
"Alhamdulillah, judulnya Simponi Senja Tititipan, ini judul yang langsung disampaikan Kyai Jadul Maula buat genjrang genjreng pekan depan pas tanggal 10 Februari 2024 di Pesantren Budaya Kaliopak. Ngopi bareng Lesbumi sama Daulat Budaya Nusantara" jelas Gus Benny, inisiator Daulat Budaya Nusantara yang juga mengasuh Pondok Alam Adat Budaya Nusantara Mahapatih Narotama di Mojokerto.
Menurut Gus Benny, ruwatan nusantara di sembilan titik di Indonesia mendapat tanggapan yang positif dari banyak kalangan, sehingga perlu dibuat Kenduri Budaya di 99 titik di nusantara sebagai bagian dari ruwatan nusantara. Kenduri Budaya ini bentuknya ngopi bareng sambil genjrang genjreng M-to-M Band, grup akustik Daulat Budaya Nusantara yang di gawangi Merlis To dan Madha Soentoro.
"Sekarang ini kan terjadi pendangkalan ya, ada degradasi dimana kebudayaan fokusnya pada produk budaya, yang sering dilupakan itu prosesnya dan tujuan terjauhnya. Soal produknya itu bisa dinamis berbagai macam, dan ketika produknya ini kemudian ditarik -tarik menjadi komoditas, menjadi alat propaganda. Nah, kita perlu kembali, bermusik tanpa nada, bergerak tanpa bicara," jelas Kyai Jadul Maula, Ketua Lesbumi PBNU.
Dalam penjelasannya, Kyai Jadul menyatakan pentingnya berkebudayaan yang adi luhung, karena sekarang ini diakui atau tidak, masyarakat merasakan dan melakukan kebudayaan yang sudah terpolarisasi akibat aktifitas politik. Oleh karena itu, maka perlu untuk meleburkan polarisasi kebudayaan.
"Ngrumangsani manusia ruhnya dari Tuhan dan jasanya dari alam, makhluk antara. Jadi makna kebudayaan kita per dalam, kita perluas, kita kembalikan kepada akar dimana dulu para leluhur kita itu menggunakan kata - kata budaya ini. Nah, sehingga yang mungkin kita lakukan mengatasi itu adalah mencari atau mengembangkan produk budaya, dengan memaksimalkan prosesnya dan tujuan terjauhnya, memanusiakan manusia" tambah Kyai Jadul Maula.
Sementara itu, duo Merlis To dan Madha Soentoro yang menjadi Front Man Band M-to-M menanggapi rencana manggung bareng antara Lesbumi dan Daulat Budaya Nusantara di Pondok Pesantren Kaliopak pekan depan dengan tema "bermusik tanpa nada dan bergerak tanpa bicara".
"Apik iki Mas, Simponi Senja Titipan, eazy listening buat Gen Z anak anak senja yang hobi ngopi" ujar Merlis To, Komposer Musik yang sudah 20 tahun malang melintang di dunia Orkestra.
"Jeru, dalem banget pesannya Kyai Jadul. Tanggal 10 Februari 2024 itu kan hari terakhir kampanye pemilu 2024. Trus kita buat Simponi Senja Titipan dengan bermusik tanpa nada dan bergerak tanpa kata. Artinya kan menep, mengendapkan nafsu" tambah Madha Soentoro, Komponis yang menjadi belakangan menjadi Dosen di ISI Jogjakarta.