Senin 15 Jan 2024 13:24 WIB

Jokowi Minta Nadiem Makarim Perbesar Anggaran Pendidikan

Peningkatan anggaran ini akan digunakan untuk riset, pengembangan iptek dan inovasi

Rep: Dess/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim agar meningkatkan anggaran pendidikan di tahun ini.
Foto: Setpres RI
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim agar meningkatkan anggaran pendidikan di tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, agar meningkatkan anggaran pendidikan di tahun ini. Peningkatan anggaran ini akan digunakan untuk riset, pengembangan iptek dan inovasi, serta mencetak SDM unggul.

"Peran untuk riset dan development-nya betul-betul diperkuat. Artinya lagi pak Nadiem anggarannya diperbesar. Nggak apa-apa dimulai tahun ini, nanti kan sudah ganti presiden," kata Jokowi di acara pembukaan Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Surabaya, Senin (15/1/2024).

Jokowi yakin, pemimpin berikutnya nanti akan melanjutkan jumlah anggaran yang ditetapkan. Menurut dia, meskipun pemimpin Indonesia berganti, anggaran pendidikan yang ditetapkan saat ini tidak mungkin untuk dikurangi lagi pada tahun depan.

"Tapi dimulai itu yang gede, jadi presiden yang akan datang pasti mau tidak mau melanjutkan. Entah itu 01, entah itu 02, itu entah 03, tapi dimulai dulu. Nggak mungkin kalau sudah di pak Nadiem sudah menambahkan banyak, kemudian presiden yang akan datang motong. Nggak akan berani," ujarnya.

Ia pun kemudian menceritakan kunjungannya ke Vietnam kemarin. Jokowi menyebut, salah satu perusahaan swasta di Vietnam bisa memiliki hingga 2.400 peneliti. Ini menunjukan bahwa Vietnam sangat menghargai para periset. Begitu juga dengan Cina. Jokowi mengatakan ada perusahaan di Cina yang bahkan memiliki 24 ribu periset.

"Vietnam ini income per capitanya kira-kira 4300 US dolar. Kita sekarang sudah kira-kira 5100 padahal mulainya Vietnam di 1975 itu baru selesai perang, artinya 30 tahun duluan kita. Tapi mereka ngebut kencang dan hati-hati income per kapitanya hampir melampaui kita," ujar Jokowi.

Karena itu, Jokowi mengingatkan jika Indonesia masih terus bersantai-santai dan bekerja secara monoton, maka bisa segera tersalip oleh Vietnam.

Jokowi mengatakan, lembaga pendidikan Indonesia memiliki tugas penting untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan inovasi yang berkualitas, serta mencetak SDM yang unggul. Peran lembaga pendidikan itupun menjadi kunci utama.

"Di Vietnam antara universitas dan industri itu sambung. Desain besarnya pemerintah, kemudian universitas, industri itu bisa sambung semuanya. Itu yang luar biasa," kata Jokowi.

Karena itu, ia menginstruksikan BRIN untuk menjadi orkestrator penelitian bersama Bappenas. Sehingga bisa merancang kebutuhan riset untuk menjawab tantangan yang dihadapi saat ini maupun masa depan.

"Dan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di depan kita itu apa dan yang paling penting kuncinya ada di perguruan tinggi, bukan di BRIN, tapi di perguruan tinggi risetnya. Itu yang harus mulai kita geser," ujar Jokowi.

"Orkestratornya boleh dari BRIN, tetapi perguruan tinggi, peran untuk riset dan development-nya betul-betul diperkuat," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement