Senin 08 Jan 2024 15:57 WIB

Dosen UMJ Berpartisipasi dalam Muktamar dan Sidang Umum IUMS di Doha Qatar

IUMS di Doha, Qatar, dihadiri kurang lebih sebanyak 1.000 ulama dari 92 negara.

Muktamar dan Sidang Umum ke-6 International Union for Muslim Scholars (IUMS) di Doha, Qatar, pada 6-11 Januari 2024.
Foto: Dok. UMJ
Muktamar dan Sidang Umum ke-6 International Union for Muslim Scholars (IUMS) di Doha, Qatar, pada 6-11 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaprodi S3 Manajemen Pendidikan Islam sekaligus Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammdiyah Jakarta (UMJ) Saiful Bahri, mendapat kehormatan menghadiri rangkaian Muktamar dan Sidang Umum ke-6 International Union for Muslim Scholars (IUMS) di Doha, Qatar, pada 6-11 Januari 2024. Acara ini dihadiri kurang lebih 1.000 ulama dari 92 negara.

Ketua IUMS Dr Salim Segaf al-Jufri dalam sambutannya mengatakan, keberlangsungan acara di tengah suasana dan kondisi umat yang tidak mudah. Tragedi kemanusiaan dengan adanya agresi brutal yang dilakukan zionis Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza khususnya, yang sudah berlangsung lebih dari 90 hari.

Baca Juga

"Tantangan besar umat Islam saat ini umat Islam berada di tengah gempuran proyek hegemoni kekuatan global dan tantangan internal dunia Islam seperti perpecahan dan konflik sosial, pengkotakan mazhab agama dan tirani politik, kelemahan ekonomi serta kemerosotan ilmu dan budaya," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (8/1/2024).

Ia mengungkapkan, hal ini menuntut umat Islam dan semua para ulama untuk melipatgandakan usaha untuk membangun, bersatu, rekonsiliasi dan menghadapi musuh bersama, juga mengarahkan kompas islah/perbaikan untuk memajukan dan membangkitkan umat Islam. 

"Itu semua kita harus lakukan bersama-sama dengan penuh tanggung jawab untuk menegakkan agama, memajukan kehidupan umat dan melindungi situs-situs suci Islam yang kita cintai," katanya.

Sekertaris Jenderal IUMS Prof Dr Ali Muhyiddin Al Quradaghi menyampaikan beberapa poin  penting, yakni perjalanan IUMS dari 2004 sampai sekarang adalah perjuangan untuk kepentingan umat Islam. Maka perlu transformasi nilai dari ketokohan, yakni tokoh sentris ke pendelegasian kewenangan. 

Ia mengatakan, Dari figur ketokohan sang pendiri (Syaikh Yusuf al-Qaradhawi) ke penguatan lembaga. Min al-Muassis ila al Muassasiyah (capacity building). Syeikh Qardhawi rahimahullah telah meletakkan fondasi organisasi yang kuat, maka IUMS perlu menguatkan kelembagaan ini dengan berbagi peran kepada semua anggotanya. 

"Selain itu ⁠IUMS juga telah menerbitkan sejumlah fatwa yang sangat penting dalam rangka merespon problematika ummat Islam di dunia," ujarnya.

IUMS perlu meletakkan perencanaan strategis untuk perjalanan ke depan, dalam rangka merespon dan menghadapi isu-isu terkini global, di antaranya fikih ekosistem dan ekologi (fiqh al-bi’ah wal munakh), standarisasi ⁠hidup layak untuk semua manusia, isu ⁠keadilan global bagi umat Islam.

Selama lima hari para ulama mengikuti rangkaian acara yaitu: menerima laporan kegiatan lima tahun IUMS dan renstra IUMS lima tahun ke depan, pemilihan Ketua Umum dan Sekjen serta Anggota Majelis Amanah. Selain itu, ada beberapa muktamar yang menghadirkan tema-tema kekinian, di antaranya fenomena al-Ilhad (agnostisisme dan atheisme) dan at-Tadayyun (pola beragama masyarakat), perlindungan keluarga di era diskontinyu peradaban di saat damai atau perang, mengenal success story beberapa negara, serta update dunia Islam dan Palestina.

 

Sekilas tentang Persatuan Ulama Muslim Internasional

IUMS sebagai persatuan ulama muslim internasional dan lembaga ilmiah independen yang sah memiliki tujuan, di antaranya:

1. Bekerja untuk menyampaikan pesan Islam

2. Membimbing umat Islam untuk memahami dengan benar ketentuan agama mereka,

3. Melestarikan identitas bangsa Muslim,

4. Menyebarkan filsafat moderasi (wasathiyah) jauh dari ekstrimisme yang dapat mengorbankan prinsip-prinsip kebangsaan.

 

IUMS bekerja keras untuk persatuan bangsa sehingga meningkatkan efektivitasnya sesuai dengan aturan beragama yaitu dalam rangka membangun dan memakmurkan dunia, menyoroti pentingnya mencapai hidup berdampingan secara damai dan menolak kekerasan, menyebarkan budaya toleransi dan mempromosikan budaya bersama dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadaban.

Persatuan Ulama Muslim Internasional diinisiasi dan didirikan oleh Syeikh Prof Dr Yusuf al-Qaradhawi pada tahun 2004 bersama para ulama syariah dan cendekiawan muslim dari berbagai negara. Dalam waktu relatif singkat, organisasi ini berkembang menjadi salah satu organisasi terbesar di negara-negara Islam dan Arab, dengan menaungi lebih dari 90 ribu cendekiawan muslim dari berbagai aliran, termasuk Sunni (termasuk Asy’ari, Maturidi dan Atsari), juga Syiah dan Ibadiyah yang menyetujui dan tunduk kepada AD/ART IUMS.

Keanggotaan dalam IUMS bersifat terbuka bagi para ulama dan cendekiawan muslim yang mengenyam pendidikan di kampus-kampus syariah dan memiliki gelar akademik dalam studi Islam. IUMS juga menerima keanggotaan orang-orang yang berkecimpung dalam ilmu syariah dan peradaban Islam, serta menyebarkan ide dan gagasan mereka melalui tulisan-tulisan pada bidang-bidang ini.

Dalam situs resminya, IUMS menyatakan tidak berafiliasi dengan negara atau kelompok tertentu, serta tidak memusuhi pemerintahan mana pun. Sebaliknya, IUMS berusaha membuka ruang kerja sama dengan berbagai pihak untuk kebaikan Islam dan kaum muslimin.

Ulama terkemuka asal Mesir Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi merupakan pendiri sekaligus Ketua Umum pertama IUMS. Sosoknya sebagai seorang mujtahid dan ulama kontemporer berperan besar dalam perkembangan kajian hukum Islam sehingga menjadi begitu selaras dengan kehidupan masyarakat kontemporer hari ini. Maka tidak mengherankan bila pendapat dan fatwanya banyak dijadikan rujukan oleh kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk banyak instansi dan lembaga keislaman dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement