REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Bidang Kerja Sama Internasional Darmansyah Djumala mengatakan keberhasilan lembaga tersebut dalam menekan tindak pidana terorisme hingga level zero terrorist attack menunjukkan efektifitas dari program ketahanan masyarakat.
"Keberhasilan ini menunjukkan efektifnya program penguatan public resilience (ketahanan masyarakat) yang dijalankan oleh BNPT," kata Darmansyah dalam keterangan di Jakarta, akhir pekan kemarin.
Menurut Darmansyah, program ketahanan masyarakat yang dijalankan BNPT merupakan pengejawantahan pilar pertama strategi nasional dalam penanggulangan terorisme di Tanah Air, yaitu pencegahan. Mantan duta besar RI untuk Austria dan PBB itu menilai, program pencegahan tersebut semakin dirasakan tingkat daruratnya saat tindak pidana terorisme sudah melibatkan perempuan dan anak, seperti yang saat ini terjadi di dunia.
"Perempuan dan anak sekarang termasuk kelompok rentan terpapar terorisme, sehingga program penguatan masyarakat dalam bentuk Sekolah Damai, Kampus Kebangsaan, Desa Siap Siaga, perlu kiranya terus digalakkan," jelas Darmansyah.
Selain program pencegahan, secara khusus, dia juga menekankan pentingnya kerja sama internasional. Salah satunya dengan Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC), dalam upaya mendukung anak-anak korban tindak pidana terorisme untuk melakukan intervensi psikososial secara tepat.
Keanggotaan Indonesia dalam Board Member of Global Community Engagement and Resilience Fund (GCERF) juga diharapkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam mendukung program pencegahan terorisme di Indonesia. "Dengan menjadi anggota Board Member GCERF, terbuka peluang bagi Indonesia untuk lebih mengembangkan program ketahanan masyarakat terhadap ancaman terorisme dengan mengaitkan pendanaan tersebut dengan program pencegahan berbasis masyarakat," ujar Darmansyah.
Sebelumnya, Jumat (29/12), Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel mengungkapkan, sepanjang 2023 tidak ada satu pun serangan teror terjadi di Indonesia. Hal tersebut, menurut Rycko, menjadi salah satu indikasi semakin membaiknya situasi keamanan dan ketertiban di dalam negeri.
"Meski masih didapati sejumlah teror di sejumlah negara, tapi sepanjang 2023 tidak ada aksi terorisme di Indonesia. Sebuah indikasi yang menunjukkan membaiknya situasi keamanan di Indonesia," kata Rycko.
Namun demikian, dia tetap mengimbau semua pihak tetap waspada dengan dinamika yang muncul di bawah permukaan dari sel-sel jaringan teror yang masuk lewat berbagai sendi kehidupan masyarakat. Apalagi, lanjutnya, jaringan terorisme global masih melakukan aksi terorisme dengan menyasar kaum perempuan dan anak sebagai target utamanya.
"Kita tidak boleh berpuas diri, perbuatan radikal kepada kelompok rentan yaitu perempuan, anak, dan remaja masih terus terjadi," ujar Rycko.