Rabu 27 Dec 2023 20:53 WIB

UI Gandeng Universitas Asal Jepang Jawab Tantangan Global Carbon Capture and Storage

FTUI mengikuti TUAT COI-NEXT International Workshop yang diadakan di Koganei Campus.

Gedung i-CELL Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). FTUI mengikuti TUAT COI-NEXT International Workshop yang diadakan di Koganei Campus, TUAT, Tokyo, Jepang pada akhir November 2023 lalu.
Foto: Istimewa
Gedung i-CELL Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). FTUI mengikuti TUAT COI-NEXT International Workshop yang diadakan di Koganei Campus, TUAT, Tokyo, Jepang pada akhir November 2023 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) dan Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) menjalin kolaborasi strategis untuk merespons tantangan global terkait Carbon Capture and Storage (CCS) melalui kerja sama industri-akademisi-pemerintah yang inovatif. Sebagai bagian dari komitmen, FTUI mengikuti TUAT COI-NEXT International Workshop yang diadakan di Koganei Campus, TUAT, Tokyo, Jepang pada akhir November 2023 lalu.

“Partisipasi FTUI dalam COI-NEXT International Workshop adalah bentuk komitmen untuk berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang Carbon Cultivation-based Material and Fuel Production,” ucap Dekan FTUI Heri Hermansyah dalam keterangannya, Rabu (27/12/2023).

Pada TUAT COI-NEXT International Workshop 2023, FTUI diwakili oleh Heri dan Kepala Unit Wirausaha dan Inovasi FTUI Muhamad Sahlan. Tahun ini, workshop itu mengangkat tema “Carbon Cultivation Innovation Hub Challenging the Limits of Carbon Negativity” dengan tujuan utama berupa pemanfaatan hasil dari kultivasi karbon berupa biomassa menjadi bahan-bahan yang berkelanjutan.

Workshop itu adalah bagian integral dari program COI-NEXT-TUAT yang didukung oleh Japan Science and Technology Agency (JST). Kerja sama itu memiliki tujuan utama membangun ekosistem inovasi teknologi yang responsif terhadap tantangan global, sejalan dengan perkembangan masyarakat dunia pasca-korona.

“Workshop ini bukan hanya tempat untuk berbagi dan berdiskusi, tetapi juga platform untuk menjalin relasi baru, kolaborasi, serta mengembangkan ide-ide dan solusi inovatif,” kata Heri.

Dia juga menyampaikan, dalam konteks global yang terus berubah, membangun ekosistem inovasi yang responsif terhadap ketidakpastian pada masa depan dan masyarakat yang padat pengetahuan adalah kunci untuk bersaing sejajar dengan negara-negara lain di dunia.

FTUI dan TUAT melalui COI-NEXT menegaskan komitmen untuk menjadi penggerak utama dalam membentuk masa depan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkelanjutan. Kedua pihak juga fokus pada pengembangan teknologi CCS sebagai langkah strategis dalam mengatasi dampak perubahan iklim. 

“Kami memandang teknologi CCS sebagai elemen kunci dalam memitigasi emisi karbon. Workshop ini memberikan ruang untuk membahas strategi dan inovasi terkini dalam pengembangan teknologi CCS untuk mendukung transisi menuju masyarakat berkelanjutan,” terang dia.

Pada workshop itu Heri menyampaikan isu terkait "Considerative Biosynthesis of Xylonic Acid and Gluconic Acid from Hydrolyzed Palm Fronds Using Gluconobacter Oxydans in a Batch Fermentation Process”. Sementara Sahlan mengupas isu "Enhancement of Sodium Gluconate in Neutralized Oil Palm Fronds Hydrolyzate Fermentation Broth using Low Pressure Nanofiltration."

Kolaborasi itu juga merupakan kelanjutan dari diskusi dan kerja sama dengan beberapa akademisi dan profesor Jepang dalam kegiatan Asian Federation of Biotechnology 2022 dan konferensi internasional dua tahunan QiR 2023 FTUI. FTUI dan TUAT tergabung dalam konsorsium kerja sama sejak tahun lalu dengan memanfaatkan peluang dari program COI-NEXT untuk memperkuat peran universitas sebagai pusat ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia.

Program COI-NEXT merupakan inisiatif kolaborasi industri-akademisi, di mana universitas dan pihak lainnya memimpin dalam merumuskan visi untuk masyarakat masa depan, mendorong penelitian dan pengembangan untuk mewujudkan visi tersebut, dan membentuk pusat independen industri-akademisi-pemerintah. Desain program ini mengadopsi konsep "Litbang yang digerakkan oleh visi dan dilakukan secara back-casting" dari program Pusat Inovasi (COI) JST.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement