Jumat 22 Dec 2023 00:55 WIB

Ketua BEM UGM Mengaku Diintimidasi Usai Kritik Jokowi, Orang Mengaku Intel Datangi Kampus

Meski mendapat intimidasi, Gielbran menuturkan bahwa ia tidak merasa tergangg.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Andri Saubani
Kampus UGM Yogyakarta.
Foto: Yusuf Assidiq
Kampus UGM Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM), Gielbran Muhammad Noor mengaku menerima intimidasi dari oknum yang mengaku sebagai intel. Intimidasi itu didapat setelah pihaknya memberikan kritik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

BEM UGM sendiri menggelar diskusi publik dan mimbar bebas 'Rezim Monarki Sang Alumni Amblesnya Demokrasi Ambruknya Konstitusi dan Kokohnya Politik Dinasti'. Diskusi itu juga dipasang baliho wajah Jokowi yang berisi pesan kritik.

Baca Juga

Baliho itu bertuliskan 'BEM KM UGM Presents: Alumnus UGM Paling Memalukan. Mr. Joko Widodo'. "Iya, kita sempat mendapatkan intimidasi, cuma kami menganggap itu sebagai wujud yang tidak mengganggu secara fisik," kata Gielbran saat menyampaikan pernyataan di Lembah Kopi UGM, Sleman, Kamis (21/12/2023).

Meski mendapat intimidasi, Gielbran menuturkan bahwa ia tidak merasa terganggu karena bukan merupakan kekerasan fisik. Bahkan, ia juga mengaku tidak merasa takut dengan intimidasi yang ia dapatkan.

"Saya merasa tidak takut dan itu menjadi bukti bahwa kita harus senantiasa terus bergerak. Jadi tidak ada kata-kata takut, dan yang perlu teman-teman ketahui bahwa selama tidak ada gangguan fisik, saya rasa intimidasi-intimidasi itu sebagai sebuah angin lalu," ucap Gielbran.

Gielbran menuturkan, bahwa ia sempat dikabari oleh pihak kampus bahwa ada oknum yang mengaku intel meminta biodata pribadinya. Meski begitu, dari pihak kampus tidak memberikan data yang diminta karena tidak ada surat tugas yang dibawa oleh oknum intel tersebut.

"Beberapa hari yang lalu saya sempat dikabari oleh salah satu fungsionaris di fakultas peternakan, karena kebetulan saya mahasiswa fakultas peternakan. Saya dihubungi oleh wakil dekan dan beliau menyampaikan bahwa ada oknum yang mengaku sebagai intel mendatangi fakultas, kemudian dia memintai biodata kepada pihak akademik," jelasnya.

"Namun dari fakultas melarang untuk memberikan biodata karena tidak ada izin atau tidak ada surat tugas, sehingga biodata yang diminta tidak diberikan," ucap Gielbran.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement