REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinilai cakap dan bisa menyelesaikan tahapan restrukturisasi melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra meraih The Most Admired Chief Excutive Officer (CEO) for Business Turnaround di Indonesia dari Tempo-IDNFinancials.
Dikutip dari idnfinancials.com bahwa lembaga ini bekerja sama dengan Tempo bersinergi dalam menyusun The Best CEO 2023. Suatu apresiasi dari platform media nasional untuk para Chief Executive Officer (CEO) emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dinilai berhasil mengelola perusahaan sampai saat ini.
Dan apresiasi ditujukan sebagai ungkapan kepercayaan (trust) dan motivasi dari salah satu elemen pemangku kepentingan (stakeholder) kepada pucuk pimpinan perusahaan terbuka di pasar modal.
“Kepercayaan kepada CEO emiten yang telah menunjukkan performa terbaik dalam mencapai pertumbuhan kinerja, menaikkan nilai perusahaan/kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum pandemi Covid-19 hingga saat ini,” ungkap keterangan tersebut seperti yang kutip media, Ahad (3/12).
Irfan Setiaputra dinobatkan sebagai The Most Admired CEO tahun 2023 dengan melihat sepak terjang beliau dalam merampungkan proses restrukturisasi yang disebut-sebut sebagai restrukturisasi terbesar sepanjang sejarah korporasi di Indonesia. Serta, berhasil mengantarkan Garuda Indonesia kembali bangkit dengan beragam rekognisi global seperti maskapai penerbangan paling tepat waktu di dunia hingga maskapai penerbangan dengan awak kabin terbaik di dunia.
Anugerah The Best CEO berlangsung akhir pekan lalu di Hotel Sofitel Nusa Dua Beach Resort, Bali. Acara akan diawali diskusi bertajuk ‘Menyongsong Indonesia Emas 2045’ dengan keynote speaker antara lain, Bambang Soesatyo, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Mahendra Siregar, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pada kesempatan tersebut, Irfan menceritakan, bahwa dirinya ditunjuk sebagai CEO GIAA pada Januari 2020, dua bulan sebelum pemerintah mengumumkan status pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) pada masa pandemi memengaruhi aktivitas penerbangan, yang imbasnya mengurangi frekuensi terbang dan jumlah penumpang Garuda Indonesia.
Dengan berbagai kompleksitas kinerja yang ada ketika pandemi berlangsung, Garuda Indonesia berada dalam kinerja level terendahnya sepanjang sejarah maskapai penerbangan nasional tersebut berkiprah.
“Kami bersyukur dalam melalui semua ujian ini. Dan ini disebabkan kegigihan, kekompakan, dan kerja keras serta kerja bersama semua unsur yang ada di dalam Garuda Indonesia serta seluruh stakeholder yang tanpa kenal lelah mendukung proses restrukturisasi yang dijalankan,” ucapnya.