Senin 27 Nov 2023 08:32 WIB

Kualitas Udara Jakarta Membaik Senin Pagi, tak Masuk 20 Besar Kota Udara Terburuk

Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama, yaitu Delhi.

Ilustrasi kualitas udara Jakarta.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi kualitas udara Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas udara di Jakarta pada Senin pagi membaik, bahkan tidak menduduki urutan 20 besar sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

 

Baca Juga

Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.35 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-21 dengan angka 110 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 39 mikrogram per meter kubik.

 

Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

 

Sedangkan kategori baik, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

Kemudian, kategori sedang, yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

 

Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama, yaitu Delhi (India) di angka 393, urutan kedua Lahore (Pakistan) di angka 361, urutan ketiga Karachi (Pakistan) di angka 252 dan urutan keempat Kolkata (India) di angka 244. Urutan kelima Hanoi (Vietnam) di angka 175, urutan keenam Dhaka (Bangladesh) di angka 163.

 

Urutan ketujuh Kuwait City (Kuwait) di angka 158, urutan kedelapan Shanghai (China) di angka 158, urutan kesembilan Shenyang (China) di angka 157 dan urutan kesepuluh Hangzhou, (China) di angka 152. Lalu, urutan kesebelas Guangzhou (China) di angka 146, urutan kedua belas Sarajevo (Bosnia dan Herzegovina) di angka 144.

Urutan ketiga belas Tel Aviv-Yafo (Israel) di angka 141, urutan keempat belas Ho Chi Minh, (Vietnam) di angka 136, urutan kelima belas Baghdad (Irak) di angka 129, urutan keenam belas Beijing (China) di angka 124 dan urutan ketujuh belas Kabul (Afghanistan) di angka 117. Urutan kedelapan belas Shenzhen (China) di angka 116, urutan kesembilan belas Mumbai (India) di angka 115 dan urutan kedua puluh Roma (Italia) di angka 110.

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebutkan tetap menggencarkan pemasangan generator bertekanan tinggi untuk menyemprotkan butiran air (water mist generator) ke udara meskipun memasuki musim hujan.

 

"Ya tetap saja (pasang water mist), tidak ada perubahan penanganan polusi, tahun depan kan masih ada berulang musim panas," kata Heru di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis (23/11).

 

Pemasangan water mist generator menjadi salah satu upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk menekan polusi udara. Menurut Heru, seharusnya pemasangannya terus ditambah sebagai persiapan saat musim kemarau di masa mendatang.

 

Juru Bicara Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara (Satgas PPU) Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menyebutkan, hingga 17 November 2023 jumlah water mist generator yang terpasang sebanyak 177 unit di 143 gedung-gedung pemerintah maupun swasta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement