Senin 13 Nov 2023 05:07 WIB

Saat Dunia Serukan Gencatan Senjata di Gaza, Israel Akui Tengah Gelar Operasi Nakba Kedua

Benjamin Netanyahu menegaskan tidak akan ada gencatan senjata di Gaza.

Warga Palestina berduka atas kematian kerabatnya dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di rumah sakit di Khan Younis, Sabtu, (11/11/2023).
Foto:

Komunike Liga Arab-OKI

Pada akhir pekan lalu, Sabtu (11/11/2023), pemimpin dari negara-negara muslim di dunia berkumpul di Riyadh, Arab Saudi dalam tajuk Riyadh Summit. Awalnya, Riyadh Summit diselenggarakan hanya sebagai sarana pertemuan pemimpin dari 22 negara Liga Arab, namun kemudian, 57 pemimpin dari negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga diundang menyusul eskalasi perang di Gaza yang semakin sengit.

Riyadh Summit menghasilkan komunike yang mengutuk, "Agresi Israel di Jalur Gaza, kejahatan perang dan pembantaian barbar tak berprikemanusiaan oleh pemerintah pendudukan."

Riyadh Summit mendesak segera diakhirinya perang di Gaza dan menolak justifikasi aksi Israel terhadap warga Palestina sebagai bentuk pembelaan diri. Para pemimpin negara muslim, juga meminta diakhirinya blokade di Gaza demi mempersilakan bantuan kemanusian masuk dan penundaan ekspor senjata ke Israel. Para pemimpin Liga Arab dan OKI juga menuntut resolusi Riyadh Summit diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan agresi di Gaza.

Kala militer Israel semakin barbar di Gaza, sangat mengecewakan, resolusi dari pertemuan Riyadh Summit sebatas kutukan dan desakan hasil rangkaian kalimat-kalimat kabur yang tak lugas. Komunike Liga Arab dan OKI bahkan tidak memerinci mekanisme apa yang akan mereka tempuh demi tercapainya gencatan senjata dan koridor kemanusiaan di Gaza.

Bayangkan misalnya jika Riyadh Summit berani mengambil keputusan bersama secara ekstrem, misalnya dengan memboikot ekspor minyak dari negara-negara anggota ke Israel, AS, dan sekutu di dunia Barat lainnya. Atau pemutusan sementara hubungan dipolomatik negara-negara yang sebelumnya telanjur menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv, Riyadh Summit pastinya tidak dianggap oleh Israel dan sekutunya sekadar temu formalitas antarpemimpin negara muslim. 

Sehingga, perang Israel-Hamas di Gaza sepertinya masih akan berlangsung lama. Semakin bertambah jumlah korban jiwa, semakin terusir warga Palestina dari tanah airnya. Apakah memang ini adalah tragedi Nakba kedua?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement