REPUBLIKA.CO.ID, AMBON--Gempa bumi tektonik susulan yang mencapai belasan kali tidak membuat warga di berbagai pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, mengungsi atau mencari tempat yang terbuka. Gempa susulan ini terjadi dengan kekuatan bervariasi setelah gempa utama magnitudo 7,2.
"Sejauh ini warga masih tetap bertahan di dalam rumah, meskipun dalam hitungan menit terjadi gempa-gempa susulan dengan kekuatan bervariasi," kata Kepala Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana Kabupaten Maluku Barat Daya, James James Liko, yang dihubungi dari Ambon, Rabu (8/11/2023) malam.
Menurut dia, gempa susulan terbaru berkekuatan magnitudo 6,8 yang baru terjadi pada Rabu malam sangat terasa kuat guncangannya. Tetapi warga Maluku Barat Daya, terutama di Kecamatan Babar Timur (Pulau Babar) maupun Pulau Dawera dan Dawelor dan beberapa pulau lainnya, tidak sampai meninggalkan rumah mereka dan mencari tempat terbuka untuk berlindung.
Kondisi ini berbeda dengan gempa magnitudo 7,9 yang terjadi pada Selasa (10/1/2023) lalu, yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur umum maupun rumah-rumah warga dan sekitar 400 orang warga Dawera-Dawelor sempat mengungsi ke Gunung Erola. "Sejauh ini belum ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa atau luka-luka," tutur James.
BMKG juga telah mengingatkan warga untuk tetap waspada akan terjadinya gempa susulan. BMKG melaporkan gempa magnitudo 7,2 terjadi di Laut Banda, episentrum gempa dilaporkan pada 6,31 derajat Lintang Selatan (LS): 129,77 derajat Bujur Timur (BT), pada 251 km barat laut Tanimbar dengan kedalaman 10 km.
BMKG yang melakukan monitoring muka laut menunjukkan kalau gempa bumi ini memicu terjadinya tsunami minor yang terpantau di Damar (Kabupaten Maluku Barat Daya) dengan ketinggian 39 sentimeter dan Pulau Banda (Maluku Tengah) 8 sentimeter.