Senin 30 Oct 2023 16:13 WIB

Djarot Merasa Gagal dalam Mendidik Gibran Rakabuming Raka Agar Loyal ke Partai

Djarot mengaku gagal dalam menanamkan sikap loyalitas Gibran ke partai.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua DPP PDIP yang juga Ketua Badan Pengkajian MPR Djarot Saeful Hidayat
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua DPP PDIP yang juga Ketua Badan Pengkajian MPR Djarot Saeful Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Djarot Saeful Hidayat mengaku gagal sebagai orang yang membidangi Ideologi dan Kaderisasi di partainya. Khususnya setelah kasus Gibran Rakabuming Raka yang kini menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto.

"Saya gagal, saya bersalah, karena saya ini kan Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi, tugas saya adalah membangun ideologi, membangun kaderisasi, menyiapkan kaderisasi melalui Sekolah Partai," ujar Djarot di kawasan Matraman, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Baca Juga

Padahal dalam Sekolah Partai PDIP, pihaknya menekankan tiga hal kepada seluruh kader, termasuk Gibran sebelum menjadi bakal cawapres dari Prabowo. Pertama adalah disiplin, baik di dalam waktu, teori, hingga ideologi.

Kedua adalah loyalitas. Djarot merasa gagal menanamkan nilai loyalitas tersebut kepada putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu. "Di beberapa hal saya gagal, termasuk misalnya pembangkangan Mas Gibran, misalnya. Itu saya yang harus pencetus, tidak ada loyalitas, tidak ada disiplin, tidak ada ikhlas, tidak ada semua," ujar Djarot.

Terakhir adalah ikhlas. Ia menegaskan, tiga nilai tersebutlah yang menjadi pedoman bagi seluruh kader partai berlambang banten itu. Termasuk oleh Ganjar Pranowo yandi disebutnya sebagai salah satu kader terbaik yang menerapkan nilai-nilai tersebut.

"Maaf, saya merasa bersalah, dan saya bersalah. Saya merasa gimana ya, gagal, tetapi gagal satu-dua, tetapi banyak yang berhasil," ujar Djarot.

"Yang berhasil itu Mas Ganjar Pranowo, itu termasuk yang sangat berhasil. Iya dong, karena Mas Ganjar kan pernah dirayu-rayu kan sebelumnya oleh partai yang lain, dia bilang ndak, saya kader PDI Perjuangan," sambung mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa partainya saat ini dalam suasana yang sedih, serta berpasrah kepada Tuhan dan rakyat. Sebab, partai berlambang kepala banteng itu sangat tidak percaya apa yang terjadi saat ini.

"Ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi," ujar Hasto lewat keterangannya, Ahad (29/10/2023).

"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga. Namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan konstitusi," sambungnya.

Pada awalnya, PDIP hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, tetapi realitas berkata lain saat ini. Ia pun menyinggung seluruh elemen partai yang berhasil memenangkan Jokowi dan keluarganya dalam lima pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan dua pemilihan presiden (Pilpres).

"Itu wujud rasa sayang kami, pada awalnya kami memilih diam. Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi, dan lain-lain, beserta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami," ujar Hasto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement