Jumat 13 Oct 2023 07:48 WIB

Kemunduran Prestasi Bulu Tangkis Nasional

Rentetan kegagalan PBSI harus disikapi dan dievaluasi serius.

Ketua Umum PBSI Agung Firman Sampurna.
Foto:

Di masa pemerintahan Agung Firman Sampurna, banyak kegagalan para pemain Pelatnas di turnamen atau kejuaraan-kejuaraan besar. Misalnya pada 2021, tim beregu putra Indonesia untuk pertama kalinya gagal melaju ke babak final SEA Games 2021. Karena biasanya tim putra Indonesia, selain meraih medali emas, paling banter dapat medali perak karena kalah di babak final. Di SEA Games 2021 itu pula, Indonesia hanya mendapatkan 2 emas, kalah dari Thailand yang dominan dengan 4 emas.

Pada 2022, Indonesia juga gagal mempertahankan Piala Thomas yang sebelumnya diraih pada 2020. India membuat sejarah dengan merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya sejak Piala Thomas bergulir.

Selain itu, dalam tiga kali edisi Kejuaraan Dunia BWF pada 2021 hingga 2023, tak ada satu pun pemain Indonesia yang menjadi Juara Dunia. Indonesia terakhir meraih gelar Juara Dunia pada 2019 melalui pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Dan puncaknya, sejarah paling buruk pun tercipta di Asian Games 2022. Dalam dunia bulutangkis Indonesia, Asian Games 2022 memang bisa disebut sebagai ajang dengan prestasi terburuk. Jika Indonesia kerap menjadi penyumbang medali utama di ajang SEA Games, Asian Games dan bahkan ‘tradisi emas’ di Olimpiade. Kini, PBSI pantas malu karena tidak menyumbangkan satu medali pun untuk Indonesia. Tidak hanya tidak menyumbang medali emas, bahkan 1 perunggu pun tak dibawa pulang.

Padahal dalam sejarahnya, Asian Games 1986 menjadi prestasi bulutangkis terburuk karena hanya menyumbangkan 4 medali perunggu. Namun, gelar itu kini harus tergantikan oleh Asian Games 2022.

Kacaunya manajemen di Pelatnas...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement