Rabu 11 Oct 2023 17:41 WIB

BMKG: Musim Hujan di Jatim Diperkirakan Terjadi Mulai November

BMKG Juanda memperkirakan puncak musim hujan tahun dominan terjadi pada Februari 2024

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Friska Yolandha
Awan hitam menyelimuti langit di perairan laut Jawa, Selasa (14/3). BMKG Juanda memperkirakan musim penghujan mulai terjadi pada November 2023.
Foto: Umarul Faruq/Antara
Awan hitam menyelimuti langit di perairan laut Jawa, Selasa (14/3). BMKG Juanda memperkirakan musim penghujan mulai terjadi pada November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan musim penghujan mulai terjadi di Jawa Timur (Jatim) pada November 2023. Namun saat itu belum semua daerah mengalami hal serupa.

Berdasarkan perkembangan kondisi dinamika atmosfer – lautan, kondisi El Nino Moderat diprakirakan bertahan hingga awal 2024. Kemudian dipole mode positif dan angin monsun baratan mulai memasuki wilayah Indonesia bagian utara ekuator pada Desember 2023.

Baca Juga

Adapun wilayah Jatim meliputi 74 ZOM (Zona Musim) diprakirakan memasuki musim hujan 2023/2024 meliputi 32 ZOM (43,2 persen) pada November 2023. Lalu 41 ZOM (55,4 persen) pada Desember sedangkan satu ZOM (1,4 persen) pada Januari 2024. 

Berdasarkan laporan resmi BMKG Juanda, wilayah yang memasuki musim hujan diprakirakan paling awal November dasarian II terjadi di ZOM 292. Lebih tepatnya di bagian utara Trenggalek Tulungagung, bagian timur Ponorogo dan bagian barat Kabupaten Kediri). 

Kemudian berlanjut di ZOM 310 bagian barat Kabupaten Malang dan sebagian Kabupaten Blitar. Sementara itu, paling akhir diprakirakan terjadi di ZOM 330 atau bagian timur Situbondo pada Januari dasarian I.

BMKG Juanda memperkirakan puncak musim hujan tahun dominan terjadi pada Februari 2024. Adapun sifat hujannya diprakirakan atas normal meliputi dua ZOM (2,7 persen). Lalu kategori normal meliputi 55 ZOM (74,3 persen) sedangkan bawah normal meliputi 17 ZOM (23 persen).

Merujuk penjelasan tersebut, BMKG Juanda menilai kekeringan meteorologis akan berdampak pada kekeringan hidrologis, pertanian dan sosial. Sebab itu, dia mengimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk mewaspadai terjadinya kebakaran hutan/lahan/semak. Hal ini termasuk berkurangnya air bersih dan penurunan lahan tanam pertanian sampai awal musim hujan.

Masyarakat juga diminta mewaspadai cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Hal ini terutama pada masa peralihan dan selama musim hujan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement