REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampai saat ini, masih ada tiga poros capres untuk Pilpres 2024. Pengamat politik, Ray Rangkuti memperkirakan, Prabowo Subianto akan lebih dulu mendeklarasikan cawapresnya dibanding Ganjar Pranowo.
Ray merasa, tidak masuk akal isu dua poros di Pilpres 2024 yang muncul belakangan. Karenanya, ia merasa, setelah Anies-Muhaimin, Prabowo akan mendeklarasikan cawapresnya, disusul Ganjar mendekati pendaftaran nanti.
"Dibanding Ganjar, mestinya pasangan Prabowo akan lebih cepat umumkan cawapresnya. Dugaan saya, Prabowo akan mengumumkan pasangan pada akhir September, sedangkan ganjar mungkin pekan akhir sebelum pendaftaran," kata Ray, Kamis (28/9).
Jika pendaftaran dimulai 19 Oktober 2023, ia merasa, kemungkinan Ganjar baru akan mengumumkan cawapres sekitar 10 Oktober 2023. Kondisi itu akan berubah jika putusan MK mengabulkan batas usia minimal capres 35 tahun.
"Kecuali memang itu maunya Golkar yang memang menginginkan Gibran sebagai cawapres," ujar Ray.
Ray berpendapat, partai sebesar Golkar sebenarnya memiliki daya tawar lebih besar di Koalisi Indonesia Maju (KIM). Lebih besar dari partai-partai seperti PKB dan Muhaimin yang bisa menekan Gerindra dan Prabowo.
Ray memuji langkah yang diterapkan PKB dan Muhaimin Iskandar. Walaupun daya tawar kursi parlemen tidak sebesar Golkar, mereka mampu menekan Gerindra dan mengambil momentum meraih kursi cawapres Anies Baswedan.
Pendiri Lingkar Madani (Lima) itu merasa, peluang kandidat-kandidat lain di KIM akan jadi kecil bila ketentuan usia minimal 35 tahun dikabulkan. Sebab, ada Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak Presiden Jokowi.
Sayangnya, ia melihat, tidak ada upaya-upaya serius dari Golkar untuk merebut posisi cawapres bagi Airlangga Hartarto. Bahkan, nama Airlangga tidak pernah muncul dari sekian nama yang disebut mendampingi Prabowo.
Padahal, ia melihat, posisi Prabowo akan sulit jika Golkar bersikukuh meminta posisi cawapres. Apalagi, jika ancamannya hengkang karena cuma akan tersisa Gerindra dan PAN yang akan sangat beresiko bagi Prabowo.
"Kalau tidak ada sesuatu yang lain mungkin prabowo harus menahan golkar untuk tetap berada dalam lingkarannya," kata Ray.