Selasa 26 Sep 2023 00:06 WIB

Gerakan 'Beberes' Ciliwung dari Kampung Cilebut

Warga RW 14 Cilebut Timur, Bogor melakukan aksi membersihkan Sungai Ciliwung.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bilal Ramadhan
Warga RW 14  menggelar aksi bersih-bersih Ciliwung di Cilebut Timur Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (24/9/2023).Kegiatan tersebut dalam rangka merayakan Hari Sungai Sedunia.
Foto: Republika/Rizky Suryaradika
Warga RW 14 menggelar aksi bersih-bersih Ciliwung di Cilebut Timur Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (24/9/2023).Kegiatan tersebut dalam rangka merayakan Hari Sungai Sedunia.

REPUBLIKA.CO.ID, Ciliwung membentang dari hulunya di Bogor mengalir melewati Depok hingga ke hilirnya di pantai utara Jakarta. Sejak era Kerajaan Pajajaran hingga penjajahan Belanda, sungai ini bermanfaat besar bagi kehidupan masyarakat. 

Tapi saat ini Ciliwung identik dengan masalah lingkungan. Setiap kali terjadi banjir di Jakarta, Ciliwung dianggap dalangnya. Bahkan ada istilah "banjir kiriman" dari hulu Ciliwung. Padahal banjir terjadi disebabkan ulah manusia sendiri yang mendegradasi fungsi Ciliwung lewat penumpukan sampah.

Baca Juga

Guna mencegah hal ini berlarut, muncul gerakan masyarakat di RW 14 Cilebut Timur, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Warga yang tinggal di pinggir Ciliwung itu aktif membersihkan Ciliwung dari lilitan sampah.

Sekitar 100 orang warga RW 14 turun langsung mengatasi masalah sampah dan pendangkalan Ciliwung pada 24 September 2023 yang sekaligus memperingati Hari Sungai Sedunia. Aksi ini melibatkan warga lintas usia dari anak-anak, remaja, hingga yang sudah tak lagi muda. Mereka dengan sukarela memungut sampah satu demi satu hingga menjadi berkarung-karung dalam waktu sekitar dua jam. 

Penggagas aksi bersih-bersih ini, Sunu Aji Dewobroto menyampaikan aksi ini wajib dilaksanakan secara kontinu. Sunu berharap aksi ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan mengajak komunitas, karang taruna, warga lain yang dilalui Ciliwung tak hanya RW 14. Tujuannya mencegah penimbunan sampah yang berpotensi menyebabkan banjir dan penyakit.

"Karena sampah ini terbentuk pada saat setelah musim hujan, sampah banyak nyangkut disini karena ada tikungan sungai. Itu kalau nggak dikurangi sampahnya bisa jadi pulau kecil, terjadi sedimentasi. Dampaknya ketika area sungai mengecil, airnya naik bisa banjir," kata Sunu saat ditemui Republika pada Ahad (24/9/2024). 

Sunu mengingat banjir terakhir yang pernah terjadi di RW 14 pada 2007. Beruntung saat itu, banjir tak sampai menggenangi seluruh area pemukiman di RW 14. Atas kejadian itulah, Sunu tak ingin banjir kembali menerpa pemukimannya. 

"Di Puncak (hulu Ciliwung) area resapan kurang, titik luapannya tinggi apalagi sekarang banyak perumahan di pinggir Ciliwung jadi kapasitas tampungnya berkurang dari tahun ke tahun," ujar Sunu. 

Sunu berharap kegiatan warga RW 14 dapat memantik warga lain di pinggir Ciliwung agar melakukan hal serupa. Sunu tak ingin warga sekitar Ciliwung malah membuang sampah di sungai. Sunu meyakini upaya semacam ini dapat mengurangi beban Jakarta yang biasa ketiban pulung masalah Ciliwung. 

"Harapannya bisa bantu kurangi dampak di hilirnya (banjir di Jakarta)," ucap Sunu. 

Ketua RW 14, Supari menyebut kegiatan ini berhasil mengumpulkan setidaknya 100 kilogram kotoran dari sungai Ciliwung. Kotoran ini diantaranya berupa sampah plastik, ranting pohon, dedaunan, kain, baju bekas. 

Para peserta bersih-bersih mengumpulkan sampah dalam kantong plastik dan karung ukuran besar. Mereka lalu menimbangnya satu per satu untuk mendapat jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan. 

Selanjutnya, sampah ini bakal diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir. Sebab warga RW 14 tak punya fasilitas pembuangan akhir. 

"Sampah sudah dapat 100-an kilo, karena termasuk sampah basah jadi cukup berat. Sampah ini nanti dibawa DLH ke pembuangan akhir," ujar Suheri. 

Suheri mengajak masyarakat agar terus mencintai lingkungan. Suheri tak ingin Ciliwung terus menerus dicemari sampah karena dijadikan "tempah pembuangan". Padahal fungsi sungai bukan seperti itu. 

"Masyarakat harus ingat bahaya banjir besar kalau puncak musim hujan, dan resiko penularan penyakit juga berkurang kalau Ciliwung bersih," ucap Suheri. 

Semetara itu, Kepala Desa Cilebut Timur, Muchtar Kelana hadir langsung dalam aksi bersih-bersih tersebut. Muchtar menyatakan pihaknya siap mendukung warga RW 14 yang memiliki kegiatan positif. 

"Ini program bagus dan inovasi jadi percontohan masyarakat yang tinggal di pinggir Ciliwung. Dukungannya dikasih kendaraan pengangkut sampah, reward yang ambil sampah," ujar Muchtar. 

Kegiatan ini pun tak sekedar bersih-bersih Ciliwung, warga RW 14 berinisiatif menjaga ekosistem Ciliwung tetap asri. Caranya dengan melakukan aksi penanaman pohon mahoni dan penebaran bibit ikan.

Harapannya, ekosistem Ciliwung dapat terus lestari hingga generasi-generasi berikutnya. Aksi semacam ini merupakan bukti bahwa warga dapat bergotong royong mengembalikan kelestarian Ciliwung seperti termuat di buku-buku sejarah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement