Kamis 21 Sep 2023 17:24 WIB

Indonesia Sustainability Forum 2023; Ingatkan Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati

Pertumbuhan dan keberlanjutan akan membuka jalan bagi Indonesia.

Sesi plenari AstraZeneca pada Indonesia Sustainibility Forum (ISF) 2023, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ( Kemenko Marves) dan Kadin Indonesia.
Foto: Dok. Web
Sesi plenari AstraZeneca pada Indonesia Sustainibility Forum (ISF) 2023, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ( Kemenko Marves) dan Kadin Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan akan mempercepat perwujudan ekonomi hijau yang inklusif dengan kesejahteraan yang lebih merata. Demikian inti sari dari sesi plenari AstraZeneca pada Indonesia Sustainibility Forum (ISF) 2023, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ( Kemenko Marves) dan Kadin Indonesia. 

AstraZeneca dan Tony Blair Institute for Global Change (TBI) adalah Knowledge Partners ISF 2023 yang dihadiri oleh 2000 peserta dari 41 negara di Jakarta pada tanggal 7- 8 September 2023. Sesi tematik AstraZeneca bertajuk Keanekaragaman Hayati dan Mendorong Transisi Menuju Sektor Kesehatan Berkelanjutan Demi Kesehatan Planet dan Manusia. 

Baca Juga

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti menjelaskan, pohon merupakan solusi alami untuk menghilangkan CO2 dari udara dan penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Sebagai contoh kemitraan yang baik antara pemerintah dan swasta, Kemenko Marves telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan AstraZenca untuk menjalankan program AZ Forest dengan komitmen menanam 20 juta pohon di kawasan DAS Citarum. 

"Program ini tentunya memiliki dampak positif terhadap ekonomi dengan melibatkan masyarakat lokal dan pakar ekologi untuk melakukan reboisasi dalam skala besar, serta mendukung keanekaragaman hayati dan mempertahankan mata pencaharian petani," kata dia, seperti dinukil pada Kamis (21/9/2023).

“Dengan adanya pohon, diharapkan dapat meningkatkan kualitas air dan udara di DAS Citarum yang sebelumnya telah tercemar akibat emisi pabrik dan sampah yang menghambat jalur sungai. Pulihnya DAS Citarum akan menjadi kabar gembira dan poin positif sebagai keberhasilan Indonesia di mata dunia” kata Nani menambahkan.

Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Se Whan Chon menambahkan, sejak dimulainya kemitraan pada tahun 2020, program AZ Forest pihaknya  telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 20.000 keluarga petani dan berhasil menanam lebih dari 4 juta pohon hidup di 21.000 lahan pertanian untuk reboisasi dan keanekaragaman hayati.

Se Whan Chon menegaskan bahwa AstraZeneca telah berada di jalur yang tepat dengan komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari operasi dan armadanya dengan sebesar 98% pada tahun 2026 (dari data dasar tahun 2015) dan mengurangi separuh jejak rantai nilai kami pada tahun 2030 (dari data dasar tahun 2019). "Untuk mencapai nol bersih (net zero) berbasis ilmu pengetahuan pada tahun 2045, kami akan mengurangi emisi absolut GRK Lingkup tiga, yakni sebesar 90% dari tahun dasar, tahun 2019 dan menghilangkan emisi sisa (tidak lebih dari 10% dari jejak GRK tahun 2019)," kata dia. 

 

“Selain AZ Forest, kami juga mengurangi jejak karbon kami dengan pindah ke kantor ramah lingkungan yang baru dengan konsumsi energi yang lebih rendah. Memasukkan keberlanjutan ke dalam Kebijakan internal kami, kerja hybrid, pembatasan perpindahan karbon. Serta akan segera terjadi transisi ke armada 100% kendaraan listrik, sekitar 600 sepeda motor listrik dalam 2 tahun ke depan memperdayakan produksi lokal," papar Se Whan menambahkan. 

Country Director Tony Blair Institute for Global Change Shuhaela Haqim memuji Pemerintah Indonesia yang telah mengintegrasikan aspek  keberlanjutan, termasuk dampak penilaian lingkungan hidup, ke dalam proyek infrastruktur besar. Ia juga menyoroti proses inklusif dari proyek-proyek yang telah menerima masukan dari masyarakat lokal, seperti Tol Bali Mandara yang mengalami perubahan trase jalan tol untuk melindungi kawasan mangrove di sekitarnya. Contoh lainnya adalah jalan tol Pekanbaru-Dumai di Sumatera yang dilengkapi enam jalur perlintasan gajah agar tidak mengganggu pola migrasi.

 

 “Terdapat keputusan dalam proyek-proyek ini yang berkontribusi untuk melindungi lingkungan, dan hal ini mempunyai dampak ekonomi yang positif. Misalnya, kawasan hutan bakau yang berhasil terlindungi setelah jalur jalan tol Bali Mandara diubah. Keputusan ini berperan penting untuk mengurangi dampak lingkungan yang terjadi di Bali pasca pembangunan jalan tol Bali,” ucap Shuhaela.

Nani menambahkan bahwa pertumbuhan dan keberlanjutan akan membuka jalan bagi Indonesia untuk mencapai visi Indonesia Emas di tahun 2045. "ISF 2023 memberikan ruang untuk membahas terobosan dalam mencapai pertumbuhan berkelanjutan, dan memetakan kolaborasi dan kemitraan dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau. Forum ini diharapkan menjadi tempat bagi para katalis di bidang sustainability untuk bertemu dan bertukar pikiran, menghadirkan solusi untuk mendorong upaya dekarbonisasi, transisi ekonomi hijau, serta konservasi ekosistem lingkungan dan keanekaragaman hayati," ungkap Nani.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement