Sabtu 09 Sep 2023 20:50 WIB

Indonesia Sustainability Forum 2023 Transformasi Sektor Kesehatan Menuju Nol Karbon

Delapan miliar manusia yang hidup di bumi saat ini sangat tergantung pada hayati.

Sesi tematik di konferensi tingkat nasional, Indonesia Sustainability Forum 2023.
Foto: Dok. Web
Sesi tematik di konferensi tingkat nasional, Indonesia Sustainability Forum 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- AstraZeneca Indonesia, ditunjuk sebagai Knowledge Partner oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi untuk memimpin satu sesi tematik di konferensi tingkat nasional, Indonesia Sustainability Forum 2023, dengan tema Mengembalikan Keanekaragaman Hayati dan Mendorong Transisi Menuju Sektor Kesehatan yang Berkelanjutan untuk Kesehatan Bumi dan Manusia.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, dalam sambutan kunci pada saat pembukaan memberikan apresiasi bagi AstraZeneca yang telah menyatukan berbagai pemaku kepenting dari sektor Kesehatan untuk membahas sebuah isu yang perlu dihadapi bersama, yaitu perbuhan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati.

Baca Juga

“Delapan miliar manusia yang hidup di bumi saat ini sangat tergantung pada keanekaragaman hayati yang menyediakan kebutuhan dasar manusia, diantaranya makanan, air, energi, obatobatan, dan bahan lain yang dibutuhkan manusia untuk berkembang. Namun, pesatnya perkembangan yang dilakukan manusia turut menghadirkan konsekuensi yang mengganggu keanekaragaman hayati,” ucap Dante. 

Menurut Dante, polutan penyebab polusi udara disebabkan akibat kendaraan bermotor, pemanfaatan energi fosil (batu bara), industri, dan debu konstruksi. Berbagai aktivitas tersebut merupakan konsekuensi dari ekspansi aktivitas manusia yang dapat mengakibatkan kerusakan keanekaragaman hayati dan mengakibat tingginya kejadian penyakit respirasi, seperti ISPA dan asma.

President Director AstraZeneca Indonesia, Se Whan Chon mengatakan, keberlanjutan adalah inti dari strategi global pihaknga dan kami berinvestasi pada kesehatan planet dan masyarakat. Kami menyadari bahwa sekitar 5% emisi gas rumah kaca (GRK) global dihasilkan dari sektor kesehatan. Untuk menjalankan peran kami, kami telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari operasi dan armada kami sebesar 98% pada tahun 2026. Sejak baseline tahun 2015, kami telah mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 59%."

Bagi AstraZeneca, keberlanjutan berarti memanfaatkan kekuatan ilmu pengetahuan, inovasi serta jangkauan global perusahaan untuk membangun masa depan yang sehat bagi manusia, masyarakat, dan planet bumi. "Kami berupaya menciptakan nilai, di luar manfaat obat-obatan dengan menanamkan keberlanjutan dalam segala hal yang kami lakukan mulai dari laboratorium hingga pasien.  Maka kami hari ini mengundang berbagai pemangku kepentingan sektor Kesehatan di Indonesia untuk bersatu mendukung visi bersama menciptakan sektor Kesehatan yang berkelanjutan," kata Se Whan.

Di tengah diskusi yang hangat, berbagai pemangku kepentingan dari sektor kesehatan mewakili fasilitas kesehatan, produsen obat lokal dan luar negeri telah menandatangani sebuah Sustainability Pledge focus terhadap membangun sektor Kesehatan yang berkelanjutan untuk generasi masa depan. 

“Mewakili berbagai pemangku kepentingan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, kami berkomitmen untuk memegang ikrar dan komitmen dalam mendukung Layanan Kesehatan Berkelanjutan di tanah air. Dengan menandatangani ikrar ini, kami berkomitmen terhadap visi layanan kesehatan berkelanjutan di Indonesia, yang berpedoman pada prinsip-prinsip keadilan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, kelayakan ekonomi, dan ketahanan sistem," ungkap Se Whan. 

 

 

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nani Hendiarti menambahkan, Indonesia memiliki komitmen dan ambisi besar dalam hal perubahan iklim. Dimana dalam hal ini Pemerintah juga berkolaborasi dengan pihak swasta, salah satunya dengan AstraZeneca melalui AZ Forest. "Perhatian kita akan lingkungan seperti komitmen penurunan emisi dan aksi perubahan iklim adalah komitmen dan ambisi dengan pendekatan melibatkan kontribusi dari industri," kata dia.

Dalam hal komitmen tersebut, Nani mengatakan,  sebanyak 17% komitmen dari sektor perhutanan. Dari sektor ini, menurutnya pencapaian pemerintah sudah baik dalam hal peran hutan dalam mengurangi emisi karbon. "Kolaborasi AZ Forest adalah contoh baik, karena disini kita ada restorasi tanam 10 juta pohon di DAS Citarum dimana program ini memberikan keuntungan bagi alam dan komunitas sekitar," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement