Rabu 06 Sep 2023 19:25 WIB

MPR Ingatkan Kebijakan Kendaraan Listrik Dikaji dari Berbagai Sektor

Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di ASEAN yakni sekitar 31 persen.

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.
Foto: dok pribadi
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat (Ririe) berharap program pemanfaatan kendaraan listrik menjadi bagian dari proses pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Menurutnya, upaya pelestarian lingkungan melalui berbagai cara harus terus diupayakan.

Namun, ia mengingatkan, peluang dan tantangan memanfaatkan kendaraan listrik di Indonesia harus dikaji dari berbagai sektor. Tujuannya agar menghasilkan kebijakan yang tepat untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik.

Baca Juga

"Ragam kebijakan telah diterbitkan untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik di tanah air. Meski begitu upaya evaluasi dari kebijakan tersebut juga harus dilakukan, untuk menghasilkan kebijakan yang tepat," kata Ririe dalam keteranga, Rabu (6/9/2023).

Menurut Ririe, penggunaan kendaraan listrik harus mengedepankan pertimbangan mengurangi dampak terhadap lingkungan melalui pengurangan emisi gas buang. Selain itu, potensi dampak teknis lainnya, seperti kesiapan infrastruktur, produksi, pembiayaan dan dampak sosial pemanfaatan kendaraan listrik juga harus dipikirkan secara matang.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara mengaku produksi otomotif di Indonesia saat ini berada di peringkat 11 dunia. Menurut Kukuh, upaya untuk mengurangi emisi gas buang sebenarnya sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Antara lain dengan diproduksinya low cost green car (LCGC) dan sejumlah kebijakan yang meringankan bagi produsen dan konsumen kendaraan listrik.

Kukuh optimistis, potensi produksi kendaraan listrik sangat terbuka lebar. Apalagi, ujar dia, Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar di ASEAN yakni sekitar 31 persen. Selain itu, rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih terbilang rendah yaitu 99 mobil per 1.000 penduduk.

Dengan tujuan utama green mobility, tambah Kukuh, peluang memproduksi kendaraan listrik di Indonesia masih cukup besar. Namun, karena produksi kendaraan listrik membutuhkan investasi yang besar, harus diperhitungkan juga skala produksi dan daya beli masyarakat.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian, Taufik Bawazier mengatakan saat ini dunia sedang memasuki fase perubahan dengan pengurangan karbon sebagai keharusan. Menurut Taufik, Indonesia juga berupaya merealisasikan pengurangan karbon secara bertahap dengan roadmap hingga mencapai nol emisi karbon pada 2060.

Taufik menambahkan, perilaku warga dunia pun sudah terlihat berubah dengan terjualnya 10,5 juta kendaraan listrik di dunia pada 2022. Jumlah tersebut merupakan kenaikan 13 persen dari penjualan kendaraan listrik pada tahun sebelumnya.

Di Indonesia, ungkap Taufik, saat ini tercatat 58 perusahaan industri kendaraan roda dua dan 26 perusahaan yang memproduksi kendaraan roda empat. Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian hingga Agustus 2023 jumlah kendaraan listrik yang beroperasi di Indonesia baru 81.525 unit.

Menurut Taufik, pengusaha otomotif melihat kendaraan listrik adalah masa depan. Persoalannya sekarang, tambah dia, bagaimana masyarakat bisa diyakinkan melalui pendekatan kultural agar beralih menggunakan kendaraan listrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement