Jumat 25 Aug 2023 09:46 WIB

Kisah Sukarno Merobohkan Rumahnya yang Jadi Tempat Proklamasi

Sukarno semasa hidupnya enggan dikultuskan.

Rumah Soekarno di PegangsanTimur tempat proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada 18 Agustus 1945. Rumsh ini sebenarnya sumbangan saudagar keturunan Arab-Yaman, Yusuf Martak.
Foto:

Mengapa Sukarno bongar rumahnya?

Sejak lama timbul pertanyaan mengapa tidak dibangun kembali rumah Bung Karno? Baiklah, kita beralih ke 1980-an, sekitar 20 tahun setelah kediaman Bung Karno itu dibongkar.

Pada waktu itu, Presiden Suharto mengemukakan gagasannya untuk membangun monumen proklamator. Tapi, banyak pihak, di antaranaya Ali Sadikin, yang menginginkan agar bekas kediaman Bung Karno dibangun kembali seperti asalnya.

Menanggapi banyaknya usulan semacam itu, Presiden Suharto berdalih itu sudah menjadi kehendak sejarah. Artinya, pembongkaran bangunan itu sudah terjadi, dan yang membongkar adalah Bung Karno sendiri. Maka biarkanlah.

”Padahal, kalau Presiden Suharto  menyetujui maka peristiwa itu juga akan menjadi sejarah,” kata Prof Susanto Zuhdi, dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, dalam seminar tersebut.

Prof Susanto misalnya menilai pembongkaran itu merupakan kecelakaan sejarah ('historical blunder') yang sulit dapat dimengerti. Mengapa?

Bukankah peristiwa pembongkaran (1961), terjadi pada masa presiden pertama RI yang pernah mengatakan, ”Hanya bangsa yang dapat memetik pelajaran dari masa silam, dan cakap mempergunakan pengalaman-pengalamannya untuk menghadapi masa depan, yang dapat menjadi bangsa besar.”

Bung Karno juga pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”

Lalu, mengapa Presiden Sukarno membongkar gedung yang amat bersejarah  bagi bangsa Indonesia itu? Hal ini pernah ditanyakan oleh salah seorang penulis biografi Bung Karno yang berjudul Putera Fajar, yakni Solichin Salam, kepada Bung Karno.

Jawab Bung Karno, ”Saya lebih mengutamakan tempatnya dan bukan gedungnya. Sebab, saya taksir gedung Pegangsaan Timur (kini Jl Proklamasi) 56 itu paling lama hanya tahan 100 tahun, mungkin tidak sampai. Itu sebabnya saya suruh bongkar.”

 

————— 

Menurut keterangan dari Yayasan Bung Karno, presiden pertama RI itu ingin memindahkan semangat proklamasi kemerdekaan di Monas. Peringatan hari ulang tahun kemerdekaan RI agar selanjutnya diadakan di Monas yang monumental itu. Bukan di gedung proklamasi dan juga bukan di Istana.

 

 

 

Tugu Monas, menurut Bung Karno, dirancang untuk tahan ribuan tahun seperti juga piramid di Mesir.

Meskipun begitu, sebagian besar pembicara seminar itu menyepakati agar bekas kediaman Bung Karno tetap dibangun kembali di tempat semula. Tujuannya, agar generasi muda dan mendatang bisa menyaksikan kembali gedung yang menjadi tempat proklamasi dikumandangkan ke seluruh jagad.

Bang Selamat, yang mewakili Dewan Harian Angkatan ’45, misalnya, mengusulkan agar nantinya gedung tersebut dijadikan pusat kegiatan pengkajian ajaran Bung Karno dan Bung Hatta.

 

Ketika Bung Karno hendak membongkar kediaman yang memiliki pekarangan luas itu, banyak pihak yang menyarankan agar dijadikan sebagai museum. Banyak peristiwa penting terjadi di gedung ini, sejak saat-saat menjelang proklamasi, saat proklamasi, hingga sebelum pembongkaran 1961.

Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta setiap habis mengadakan upacara 17 Agustus juga selalu datang ke tempat tersebut.

Pada 1957, ketika Bung Karno dan Bung Hatta, ingin dipulihkan kekerabatannya, juga diadakan Musyawarah Nasional di gedung tersebut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement