Kamis 24 Aug 2023 00:39 WIB

Permintaan Impor Kopi Aceh untuk Italia Capai 60 Ribu Ton

Permintaan kopi untuk Italia menjadi pasar baru bagi Aceh.

Petani menjemur biji kopi arabika Gayo di Desa Bale Atu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, Aceh. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Petani menjemur biji kopi arabika Gayo di Desa Bale Atu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, Aceh. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Perwakilan Aceh menyatakan bahwa negara Italia membutuhkan pasokan atau impor kopi dari Aceh sebanyak 60 ribu ton, dan ini menjadi pasar baru bagi tanah rencong. "Aceh sangat istimewa dengan produk kopi, terutama di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Saat ini ada permintaan baru ke Italia 60 ribu ton," kata Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh Safuadi, di Banda Aceh, Rabu (23/8/2023).

Safuadi menyampaikan, permintaan dunia untuk kopi Aceh sebenarnya terus mengalami peningkatan, maka sudah seharusnya potensi yang ada di Aceh dapat dikembangkan. Produk kopi Aceh sudah banyak diekspor ke berbagai negara, dan lazimnya sejauh ini ke Amerika dan negara di Eropa, terutama Belanda.

Baca Juga

Sekarang, kopi Aceh semakin banyak diminati, dan terbukti sudah ada permintaan baru ke Italia. Negara Pizza itu telah melakukan permintaan khusus sebanyak 60 ribu ton kopi Aceh.

"Permintaan Italia ini prospek dan market baru yang harus disambut oleh Aceh (pemerintah), karena mereka sengaja datang ke Aceh untuk mencari komoditi kopi," ujarnya.

Selain Italia, lanjut Safuadi, permintaan kopi Aceh juga datang dari negara Turki, bahkan beberapa waktu lalu juga ada investor dari timur tengah mencari produk kopi Aceh Melihat fenomena ini, tambah Safuadi, maka bisa disimpulkan bahwa potensi pasar untuk produk kopi Aceh terus mengalami pertumbuhan, bukan hanya pada pasar tradisional, tetapi juga non tradisional market nya terus berkembang.

"Bahkan, ke China sekarang juga menjadi salah satu prospek besar untuk ekspor kopi Aceh," katanya.

Namun, untuk angka ekspor kopi Aceh sendiri dalam tahun ini belum dapat disampaikan, karena proses pengiriman tidak dilakukan langsung dari Aceh akibat kekurangan infrastruktur pelabuhan, melainkan melalui pelabuhan luar Aceh, sehingga datanya tercatat di daerah lain.

"Ekspornya tidak langsung dari Aceh, sebagian besar itu dari Sumatera Utara, Jakarta atau Batam. Tetapi nanti itu ada data nasional berapa itu dari Aceh," kata Safuadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement