Ahad 20 Aug 2023 22:21 WIB

Gebyar Sarung Atlas Merah Putih Rangkul Ratusan Pesantren

Sarung telah lama menjadi identitas bangsa ini.

Perayaan hari kemerdekaan RI di Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN, Bekasi, Jawa Barat.
Foto: Dok. Web
Perayaan hari kemerdekaan RI di Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN, Bekasi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Bukan sekadar kain sembarang kain, sarung lebih luas dari itu ketika mencatatkan sejarahnya sendiri di negeri ini. Seperti dilansir dari Antara, Ahad (20/8/2023), selain sebagai simbol perlawanan kaum santri terhadap budaya barat sejak era pendudukan Belanda, mau tak mau harus diakui ia menjadi sumber geliat ekonomi kreatif di daerah-daerah.

Lihat saja di hampir setiap daerah di tanah air, masing-masing memiliki sarung dengan corak, ragam, dan bahannya yang berbeda-beda. Dalam sejarahnya, kain sarung pada zaman penjajahan Belanda identik dengan perjuangan melawan budaya barat yang dibawa kaum penjajah.

Baca Juga

Ketika itu masyarakat santri merupakan golongan masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung, di saat kaum nasionalis abangan hampir meninggalkan sarung dan menggantinya dengan celana formal yang dianggap lebih praktis dan modern.

Memasuki usia ke-78 sebagai bangsa merdeka, setiap 17 Agustus, seluruh tanah air merayakan Hari Kemerdekaan dengan semangat yang membara. Perayaan ini bukan hanya sekadar upacara formal, tetapi juga merupakan refleksi atas perjalanan panjang yang telah dilalui, serta momentum untuk merenungkan capaian dan potensi masa depan. 

Dalam rangka memperingati momen bersejarah ini, Behaestex meluncurkan program Gebyar Sarung Atlas Merah Putih. Dalam program ini, Behaestex mendukung sarung kepada petugas upacara bendera pada 17 Agustus 2023 di ratusan pondok pesantren. Program ini diawali dengan pondok pesantren mendaftar untuk mengajukan kebutuhan sarungnya untuk petugas upacara bendera di pondok pesantrennya. Dari peserta yang mendaftar, tim Behaestex melakukan verifikasi dan memilih pondok pesantren yang mendapatkan Sarung Atlas Merah Putih. 

Program Gebyar Sarung Atlas Merah Putih ini, sebagai salah satu wujud Behaestex berkontribusi untuk negeri. 

“Melalui program Gebyar Sarung Atlas Merah putih, Behaestex mewujudkan kontribusinya kepada negeri dengan kolaborasi bersama ratusan pondok pesantren dalam memperingati HUT RI ke-78. Insya Allah kita terbuka kolaborasi-kolaborasi sejenis di masa yang akan datang. Terima kasih atas antusisme dari pondok-pondok pesantren yang mendaftar. Kami mohon maaf bagi pondok pesantren yang belum terpilih, semoga kedepannya bisa berkolaborasi,” ujar Dirut Behaestex, Najib Abdurrauf Bahasuan di Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN, Bekasi, Jawa Barat. 

Masih berkaitan dalam memperingati HUT RI ke-78, Behaestex juga meluncurkan Songkok BHS Classic Edisi Paskibra. Songkok BHS, sudah dipercaya sejak tahun 2019 menjadi songkok official Paskibraka di Istana Negara. 

 

“Di tahun ini kita me-relaunch Songkok BHS Classic Edisi Paskibra dengan tambahan eksklusif pin Garuda. Dan songkok Paskibra ini sejak 2019 selalu digunakan oleh Paskibara saat upacara bendera kemerdekaan di Istana Negara,” ujar Najib. 

 

Behaestex berharap kontribusinya terhadap Indonesia dengan peluncuran produk terbarunya dapat memicu semangat masyarakat untuk terus meningkatkan kecintaannya kepada Indonesia. 

 

Menurut Najib, sarung kini telah menjadi salah satu pakaian bangsa Indonesia yang keberadaannya semakin eksis. Hal ini tidak lain karena sarung selain dikenal sebagai busana muslim, penggunaannya juga sebagai atribut busana yang berhubungan dengan budaya.

“Kami selalu berkomitmen menghadirkan produk-produk terbaik bagi masyakat Indonesia. Tidak hanya berpaku pada komersil, namun kami juga selalu mengupayakan produk kami memiliki nilai-nilai yang sangat dekat dengan kebudayaan Indonesia,” kata Najib Bahasuan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement