Kamis 17 Aug 2023 02:40 WIB

Pengamat: Padi Berumur Pendek Jadi Solusi Hadapi Kemarau

Padi umur pendek mengantisipasi tak terisinya malai secara utuh akibat kurang air.

Petani mengoperasikan mesin pemotong padi saat panen perdana padi Gogo Rancah atau padi ladang di Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung, Sabtu (12/2/2022) (ilustrasi).
Foto: Antara/Ardiansyah
Petani mengoperasikan mesin pemotong padi saat panen perdana padi Gogo Rancah atau padi ladang di Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung, Sabtu (12/2/2022) (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Pengamat pertanian yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Irwan Sukri Banua mengatakan, penggunaan varietas padi berumur pendek dapat menjadi solusi dalam menghadapi musim kemarau.

"Dalam menghadapi musim kemarau akibat El Nino ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan percepatan tanam," ujar Irwan di Bandarlampung, Rabu (16/8/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan, untuk mempercepat masa tanam padi sebagai upaya mengantisipasi adanya musim kemarau, petani dapat menggunakan varietas padi yang memiliki umur panen pendek. Misalnya, genjah yang umurnya kurang dari 100 hari. Lalu bisa juga varietas MAPAN 05 yang umurnya juga pendek.

Menurut dia, penggunaan varietas padi berumur pendek di musim kering tersebut dapat mengantisipasi tidak terisinya malai padi secara utuh akibat kekurangan air, yang mengakibatkan gagal panen. "Karena kita khawatir saat pengisian malai itu akan kekurangan air jadi banyak padi yang tidak berisi, jadi bisa gunakan benih yang cepat panen. Semua varietas bisa dicoba terutama untuk kondisi sekarang ini semua berkejar dengan waktu untuk memanfaatkan sisa hujan," ucapnya.

Ia melanjutkan untuk areal sawah yang ada di rawa, petani pun bisa menggunakan varietas unggul lokal Ampai 1 dan 2. Karena ini merupakan sumberdaya genetik lokal yang sudah dibudidayakan secara konvensional di beberapa daerah seperti di Mesuji.

Varietas padi Ampai 1 dan 2 tersebut memiliki karakteristik cukup kuat dalam berbagai kondisi atau tahan cuaca, dimana gabah dari varietas tersebut mampu bertahan cukup lama di dalam tanah meski lingkungan memburuk dan akan kembali tumbuh bila kondisi sudah membaik. Lalu produksinya pun cukup banyak dengan jumlah mencapai 10 ton per hektare, umur tanam 145 hari, dengan tinggi 183,7 centimeter, tekstur beras cukup keras dan memiliki batang tahan rebah.

Diketahui sebagai upaya mempersiapkan diri dalam menjaga ketahanan pangan dalam menghadapi El Nino pemerintah pusat telah melakukan berbagai hal salah satunya yang dilakukan Kementerian Pertanian dengan mempersiapkan percepatan tanam dalam gerakan tanam padi di berbagai daerah.

Selain itu dalam kunjungan beberapa waktu lalu ke Lampung tepatnya pada Rabu (2/8) Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun mengatakan akan mempersiapkan penggunaan varietas tanaman pangan tahan kekeringan dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) guna mengantisipasi datangnya fenomena iklim El Nino di Indonesia.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement